Ekonomi RI Loyo Tak Setinggi 2022, Ini Biang Keroknya!

6 February 2024, 18:50

Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada 2023, menjadi 5,05% dari sebelumnya pada 2022 sebesar 5,31%. Harga-harga komoditas yang merosot menjadi pemicu utama melemahnya roda perekonomian di tanah air.

Hal ini diungkapkan Ekonom senior yang juga merupakan Co-founder Creco Research Raden Pardede. Menurutnya, pada 2022, perekonomian Indonesia telah menikmati dampak tingginya harga komoditas di level global, dan kondisi itu tak lagi terjadi pada 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jadi pada saat harga komoditas naik, pertumbuhan kita cukup baik. Tapi kemudian pada 2023 di mana harga komoditas sudah menjadi normal juga,” kata Raden dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (6/2/2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga komoditas unggulan perdagangan Indonesia memang anjlok dari 2022 ke 2023. Minyak kelapa sawit misalnya, turun dari US$ 1.344,8 per metrik ton pada Januari 2022 menjadi hanya US$ 813,5 per metrik ton pada Desember 2023.

Batu bara dari US$ 197 per metrik ton hanya menjadi US$ 141,8 per metrik ton, nikel dari US$ 22,4 ribu per metrik ton menjadi US 16,5 ribu metrik ton, gas alam dari US$ 4,3/mmbtu menjadi US$ 2,5/mmbtu, dan minyak mentah dari US$ 83,9/bbl menjadi US$ 75,7/bbl.

Raden mengatakan, harga-harga komoditas pada 2022 memang memberikan tambahan cukup besar bagi perekonomian. Ia mencatat, setidaknya tambahan kenaikan harga komoditas terhadap PDB sekitar 0,3% sampai dengan 0,4%.

“Jadi boleh dikatakan ada extraordinary tambahan sekitar 0,3%-0,4% dari dorongan kenaikan harga komoditas di 2022, di mana 2023 ini kita kehilangan kenaikan harga komoditas itu. Itu yang utama kita lihat,” tegas mantan Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu.

Anjloknya harga-harga komoditas ini membuat kinerja ekspor Indonesia sebagai salah satu faktor pendorong ekonomi merosot. Pada 2022 pertumbuhannya mencapai 16,28% dengan distribusi dalam PDB 24,49%, sedangkan pada 2023 hanya 1,32% dengan sumbangan 21,75% dalam PDB.

Bank Indonesia pun juga menilai, pertumbuhan ekonomi pada 2023 mayoritas disumbang oleh permintaan domestik. Sebab, harga-harga komoditas yang mendorong kinerja ekspor anjlok.

“Sebagai dampak ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang menurun. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik,” kata Asisten Gubernur BI Erwin Haryono.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Muncul Tanda RI Berpotensi Gagal Jadi Negara Maju, Awas!

(arm/mij)

Partai

Institusi

K / L

,

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi