Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Dokter Wanti-wanti Cemaran Timbel Bisa Menempel pada Mainan Anak, Ortu Perlu Waspada

Dokter Wanti-wanti Cemaran Timbel Bisa Menempel pada Mainan Anak, Ortu Perlu Waspada

Jakarta

Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irene Yuniar, SpA(K), mengungkapkan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan timbel. Timbel atau timah hitam merupakan unsur logam berat yang biasanya digunakan untuk membuat pipa, keramik, baterai, hingga cat pewarna yang digunakan pada mainan anak.

dr Irene menuturkan timbel bisa ditemukan di mana saja, termasuk pada mainan anak, makanan, hingga di lingkungan rumah yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik atau memang berada di hotspot tempat paparan timbel tinggi, misalnya dekat pabrik tertentu.

Selain itu, faktor yang membuat anak menjadi lebih rentan terpapar timbel hingga menimbulkan risiko keracunan adalah karena tubuhnya 4 hingga 5 kali lebih mudah menyerap timbel hingga kebiasaan anak memasukkan tangan atau benda ke dalam mulut.

“Kita nggak bisa nahan anak-anak masukin tangannya ke mulut. Pasti sudah susah cuci tangan kalau nggak ada yang nyuruh, orang tua itu perlu diedukasi sebenarnya ya. Kira-kira bahaya-bahaya apa yang perlu dilakukan untuk pencegahan,” ujar dr Irene ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2024).

Menurut dr Irene, menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh anak menjadi langkah terbaik untuk menjaga anak dari paparan timbel. Selain mencuci tangan anak secara rutin, jangan lupa untuk membersihkan mainan yang digunakan anak secara berkala, khususnya bila anak masih dalam fase sering memasukkan benda dalam mulut.

dr Irene menambahkan orang tua harus memerhatikan jenis mainan yang diberikan pada anak. Memastikan bahwa kecukupan gizi anak, khususnya zat besi dan kalsium terpenuhi, juga menjadi salah satu faktor penting.

“Hati-hati pemberian mainan dengan label ‘kurang dari sekian tahun’, gitu ya. Kadang-kadang, masyarakat Indonesia kan, anak yang kecil ya dikasih aja, pokoknya beli-beli aja, padahal itu sudah dituliskan di mainannya, ‘tidak untuk anak di bawah usia tertentu’,” tandasnya.

Berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak dengan kadar timbel darah (KTD) lebih dari 5 µg/dL dianggap tinggi dan memerlukan intervensi medis. Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2020, diperkirakan ada lebih dari 8 juta anak yang melewati batas tersebut.

Secara umum, seorang anak memiliki KTD tinggi tidak memiliki gejala yang khas. Namun, beberapa dampak dan gejala yang mungkin timbul meliputi:

Kesulitan belajar dan penurunan IQKeterlambatan perkembanganMemiliki masalah pendengaran dan keseimbanganKulit pucat tidak biasaKehilangan selera makanMual dan muntahAnemiaSakit perut

(avk/suc)