Disnak Jatim Ambil Sampel Sapi Diduga PMK di Magetan

Disnak Jatim Ambil Sampel Sapi Diduga PMK di Magetan

Magetan (beritajatim.com) – Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Timur (Jatim) turun tangan mengambil sampel sapi yang diduga terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku di Magetan. Hal ini untuk menangani merebaknya wabah PMK yang memicu kematian sejumlah sapi.

Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan sekaligus Penjabat (Pj) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis Disnak Jatim, drh. Makmun menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan peternak untuk mengatasi kasus penyakit pada ternak.

Kunjungan lapangan, tim dari Dinas Peternakan Jawa Timur bersama dengan Balai Veteriner Wates dan Pusat Veteriner Farma segera turun tangan ketika menerima laporan dari peternak terkait adanya sapi yang menunjukkan gejala tertentu. Langkah awal berupa pengambilan sampel untuk mengidentifikasi penyakit dilakukan guna memastikan diagnosis yang akurat. Tim mendatangi langsung kandnagnwarga di Desa Kedungguwo, Kecamatan Sukomoro, Magetan, Selasa (31/12/2024).

“Kami membawa bantuan berupa obat antibiotik, vitamin, dan disinfektan sebagai langkah awal untuk mengendalikan penyebaran penyakit,” ujar Drh. Makmun.

Dia juga mengimbau para peternak untuk tidak panik dan segera melaporkan setiap kejadian kepada petugas kesehatan hewan.

Para peternak diajak untuk memberikan perawatan ekstra kepada ternak yang sakit, seperti memberikan makanan secara manual (dicekok) dengan campuran jamu atau gula untuk menambah energi. Pemerintah juga telah melakukan disinfeksi di pasar hewan sebagai upaya memutus rantai penularan.

“Kami berharap peternak tidak menjual ternak yang sakit karena ini berpotensi menyebarkan penyakit ke wilayah lain. Sebaiknya ternak dirawat hingga sembuh, karena nilai jualnya juga akan lebih tinggi,” lanjutnya.

Pemerintah telah membangun Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) yang memungkinkan laporan penyakit dari lapangan langsung diteruskan ke pusat. Dengan sistem ini, Jakarta dapat segera mengetahui kasus di berbagai daerah dan mengoordinasikan tindakan pengendalian bersama dinas setempat.

Vaksinasi menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran penyakit. Pemerintah terus menggalakkan program vaksinasi, baik melalui bantuan langsung maupun secara mandiri oleh peternak. “Kesadaran masyarakat untuk vaksinasi ulang setelah enam bulan sangat diperlukan. Vaksinasi harus dilakukan dengan panduan petugas agar tepat sasaran dan aman,” ujar drh. Makmun.

Pemerintah mengimbau peternak untuk selalu bekerja sama dengan petugas kesehatan hewan. Jika ada ternak yang sakit, segera laporkan dan isolasi ternak tersebut agar tidak menulari hewan lainnya. Langkah isolasi ini, menurut drh. Makmun, mirip dengan karantina manusia saat pandemi, di mana hewan yang sakit harus tetap di tempat dan tidak dipindahkan.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, petugas kesehatan, dan peternak, diharapkan penyakit hewan menular strategis dapat dikendalikan dengan baik. “Kami ingin memastikan kesehatan ternak tetap terjaga agar para peternak dapat terus meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya,” tutup drh. Makmun.

Upaya ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam mendukung sektor peternakan yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Peternak pun diharapkan untuk terus meningkatkan kesadaran dan kerja sama demi tercapainya peternakan yang sehat dan berkelanjutan. [fiq/beq]