Disinggung Mahfud, Ini Cara Soeharto Genjot Ekonomi Tumbuh 7%

23 December 2023, 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, menyinggung pertumbuhan ekonomi 7% sebagai janji kampanye dalam debat cawapres 2024, Jumat (22/12/2023).
Menurutnya, dalam sejarah reformasi pertumbuhan ekonomi tidak pernah mencapai 7%. Bahkan, angka tersebut hanya bisa tercapai pada 3 dekade lalu.
“Ada yang bertanya kepada kami mungkin tidak anda menargetkan mendapat pertumbuhan ekonomi 7% di dalam 1 tahun karena dalam sejarah reformasi tidak pernah sampai 7%, dulu hanya mencapai tahun ’89-’91 orde baru,” ungkap Mahfud dalam debat cawapres 2024, di JCC, Jakarta, Jumat (22/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lalu benarkah klaim tersebut dan bagaimana cara penguasa kala itu menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 7%?
Di masa Orde Baru ekonomi Indonesia memang terbukti pernah mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 7%. Ini terjadi di tahun 1977, 1978, 1980, 1981, 1989, dan 1990. Tentu, alasannya berbeda-beda sesuai dengan situasi zaman.
Di era 1970-1980-an, Indonesia memang dilanda booming minyak imbas situasi geopolitik Timur Tengah. Kala itu, pada 1973 terjadi pertempuran antara Israel melawan Mesir dan Suriah. Salah satu dampak pertempuran adalah blokade minyak oleh negara Timur Tengah ke negara-negara Barat sekutu Israel.

Praktis, situasi ini membuat harga minyak melonjak. Indonesia sebagai negara penghasil minyak jelas mendapat rezeki melimpah. Sejarawan Anne Booth dalam The Indonesian Economy in the Nineteenth and Twentieth Centuries (1998) menyebut, antara 1973-1974 dan 1974-1975 pendapatan negara dari minyak naik hingga tiga kali lipat. Bahkan di akhir 1970-an, setengah APBN diperoleh dari pendapatan minyak.
Berkat kenaikan pendapatan itu, pemerintah bisa melakukan banyak pembangunan. Mulai dari sektor pertanian, infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya. Jelas itu semua bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara hingga 7% bahkan lebih. Tak heran, banyak ekonom dan sejarawan menyebut masa-masa emas ekonomi Indonesia terjadi di tahun 1970-an.
Sementara, untuk periode 1989-1991 yang disebut Mahfud MD, memang benar Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Hal ini diutarakan sejarawan Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam uraian panjang di Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012).
“Pertumbuhan tahunan antara 1987-1997 adalah menyerupai yang terjadi di tahun 1970-an. Namun, kali ini digapai tanpa didukung pendapatan yang melimpah dari minyak,” kata van Zanden dan Daan Marks.

Sebagai catatan, di periode 1987-1997, Indonesia memang tidak lagi mendapat rezeki melimpah dari sektor migas. Era ini disebut juga sebagai era perbaikan ekonomi karena sebelumnya di periode 1982-1986 ekonomi Indonesia mengalami perlambatan.
Perlambatan bisa terjadi karena harga minyak dunia jatuh sehingga menekan harga-harga komoditas dunia, yang kelak mempengaruhi ekonomi Indonesia. Mengatasi situasi ini Soeharto dan tim ekonominya membuat strategi manajemen makro ekonomi, seperti 1) melakukan devaluasi rupiah dan 2) membuat paket deregulasi perdagangan dan investasi. Kedua strategi ini, menurut van Zanden dan Daan Marks, berhasil membuat ekonomi Indonesia di periode setelahnya bisa membaik.
Keberhasilan ini lantas membawa investasi besar yang sukses mendongkrak kembali pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, kedua sejarawan itu juga mencatat pertumbuhan tinggi ini diwarnai dengan semakin masifnya kroni-kroni Soeharto memanfaatkan banyak proyek negara untuk memperoleh keuntungan pribadi.
“Sejumlah langkah kebijakan yang diambil di tahun-tahun sebelumnya diulang kembali dan kroni kapitalisme menjadi jauh tersebar lebih luas,” ungkapnya. 

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Potret Negara dengan Pertumbuhan Tercepat Dunia, Dulu Miskin!

(mfa/mfa)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi