Jember (beritajatim.com) – Moch. Busairi, Wakil Ketua Paguyuban Insan Transportasi (Pintar), terpukul saat mengetahui Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, Jawa Timur, meniadakan angkutan sekolah gratis (ASG) tahun depan.
Busairi sudah mengecek informasi ini kepada Dishub. “Fix tahun 202t tidak ada program ASG. Sangat disayangkan program sebagus ini tidak diteruskan. Alasannya tidak ada anggaran,” kata Busairi, Senin (9/12/2024).
Program angkutan sekolah gratis dimulai sejak 2 Mei 2024 hingga akhir tahun anggaran, dengan melibatkan 41 unit kendaraan angkutan kota untuk melayani antarjemput 492 orang siswa. Kendaraan sekolah gratis ini beroperasi di 12 jurusan yang melewati sejumlah sekolah menengah pertama.
Saat ini angkutan sekolah gratis melayani siswa di 12-14 sekolah menengah pertama, mayoritas di Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari. Terjauh, siswa beberapa sekolah di Kecamatan Mayang juga dilayani.
Berkat program ini, Pemkab Jember memanen penghargaan kategori pemerintah kabupaten terbaik untuk inovasi sistem transportasi berkelanjutan dari Kementerian Perhubungan RI, pada 6 September 2024 lalu.
Anggaran angkutan sekolah gratis cukup besar. Kepala Dishub Jember Agus Wijaya mengatakan, dibutuhkan anggaran Rp 1,3 miliar untuk operasi angkutan sekolah gratis sejak 2 Mei hingga Desember 2024 untuk sewa kendaraan, pengemudi, dan bahan bakar minyak.
Sebenarnya bukan hanya angkutan sekolah gratis yang ditiadakan. Anggaran angkutan mudik balik gratis dan operasional program Jelita (Jelajah Wisata) juga hendak dihapuskan.
Hilangnya beberapa program angkutan sempat dikritisi Ketua Komisi C DPRD Jember Ardi Pujo Prabowo saat pembahasan APBD Jember 2025. “Ini saya rasa perencanaannya tidak tepat perencanannya,” katanya.
Komisi C sempat menolak rencana anggaran dari Dishub. Ardi meminta Agus untuk membuat perencanaan baru yang mengakomodasi program layanan publik, seperti angkutan mudik balik gratis. “Logikanya dengan pagu anggaran yang sama pada 2024 bisa dilakukan, tapi pada 2025 tidak bisa, ini kan perencxanannya sangat tidak tepat,” kata Ardi.
Akhirnya rencana penghapusan anggaran Jelita dan angkutan mudik balik gratis diurungkan. “Tapi kalau bukan program operasional seperti angkutan sekolah gratis, kami belum mendapat anggaran. Kalau angkutan mudik balik gratis karena harus terintegrasi dengan pemerintah pusat dan provinsi itu yang harus kami maksimalkan,” kata Agus.
Busairi menyebut penghapusan program angkutan sekolah gratis merugikan insan transportasi umum dan masyarakat. “Program ini sangat bagus karena jangkauannya luas sekali,” katanya.
Selama ini dengan program angkutan sekolah gratis, pengemudi angkutan kota diuntungkan, karena memperoleh kepastian pendapatan. “Program ini juga sangat bermanfaat untuk adik-adik pelajar. Orangtua tidak lagi khawatit terhadap putra-putri mereka,” kata Busairi.
Angkutan sekolah gratis bisa mengurangi kemacetan, karena penggunaan kendaraan pribadi oleh siswa pun berkurang. “Siswa berangkat sekolah tepat waktu, pulang pun tepat waktu. Mereka dijemput di titik-titik tertentu, pulangnya sampai di rumah,” kata Busairi.
Program angkutan sekolah gratis juga meminimalisasi konflik antara pengemudi angkutan umum konvensional dengan angkutan umum berbasis daring. “Selama ini mereka berebut penumpang. Dengan adanya program ini, kami tidak lagi gontok-gontokan. Ketika kami mengantar jemput anak sekolah, teman-teman pengemudi online punya ruang untuk mengangkut penumpang di jalan,” kata Busairi.
Hal ini membuat situasi di Jember, menurut Busairi, tetap kondusif. “Hubungan kami dengan teman-teman pengemudi online tetap baik,” katanya. [wir]