Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Danau Ajaib Muncul Lagi Setelah Menghilang 130 Tahun

Danau Ajaib Muncul Lagi Setelah Menghilang 130 Tahun

Jakarta

Dalam kasus reklamasi lingkungan yang luar biasa, Danau Tulare yang dulunya merupakan perairan tawar terbesar di sebelah barat Sungai Mississippi, telah muncul kembali di Lembah San Joaquin California, Amerika Serikat. Danau ini telah menghilang 130 tahun yang lalu.

Kemunculan kembali danau ini, yang dipicu oleh serangkaian sungai di atmosfer California pada tahun 2023, menandai momen penting tidak hanya bagi lanskap alam tetapi juga bagi komunitas pribumi, satwa liar, dan pekerja pertanian di wilayah tersebut.

Signifikansi sejarah

Vivian Underhill, mantan peneliti pascadoktoral di Northeastern University, telah mempelajari secara ekstensif hilang dan kembalinya danau secara tak terduga.

Underhill menyoroti pentingnya sejarah danau tersebut, dengan menyatakan bahwa danau tersebut merupakan jalur air penting yang memungkinkan kapal uap membawa pasokan pertanian melintasi wilayah yang sekarang merupakan lanskap gersang.

Danau Tulare, atau Pa’ashi dalam bahasa lokal yang dikenal oleh penduduk asli Tachi Yokut, sebagian besar berasal dari pencairan salju dari pegunungan Sierra Nevada. Danau ini menciptakan ekosistem yang besar dan dinamis di daerah yang menerima curah hujan minimal.

Underhill mencatat bahwa ini bukan satu-satunya saat danau itu kembali sejak tahun 1800-an. “Itu terjadi di tahun 80-an, terjadi sekali di tahun 60-an, dan beberapa kali di tahun 30-an,” ujarnya.

Upaya reklamasi lahan

Hilangnya Danau Tulare pada akhir abad ke-19 merupakan konsekuensi dari upaya reklamasi lahan yang dilakukan negara bagian California, yang bertujuan untuk mengubah lahan publik dan adat menjadi lahan pertanian pribadi.

Proses ini melibatkan pengeringan danau untuk mengairi lahan kering di sekitarnya, yang secara mendasar mengubah lanskap dan ekologi kawasan tersebut.

Underhill menggambarkan transformasi ini sebagai proyek kolonial pemukim yang memiliki dampak jangka panjang terhadap komunitas adat dan habitat alami di wilayah tersebut.

Perubahan transformatif

Namun, kembalinya Danau Tulare baru-baru ini telah membawa sejumlah perubahan lingkungan dan sosial. Munculnya kembali air telah menyebabkan pendinginan suhu lokal dan kembalinya beragam satwa liar, termasuk spesies yang dianggap rentan atau terancam punah.

Burung, ikan, dan amfibi yang bermigrasi merupakan penerima manfaat penting dari kembalinya danau tersebut, sehingga menyoroti pentingnya keberlanjutan ekologis kawasan tersebut.

Underhill menjelaskan, Danau Tulare pernah menjadi bagian dari Jalur Terbang Pasifik, dan merupakan tempat persinggahan penting bagi burung-burung yang bermigrasi.

“Hilangnya habitat tersebut telah menjadi masalah besar dalam konservasi burung dan keanekaragaman burung,” kata Underhill.

“Sesuatu yang terus membuat saya takjub adalah, burung-burung tahu bagaimana menemukan danau itu lagi. Sepertinya mereka selalu mencarinya,” sambungnya.

Dampak Danau Tulare terhadap manusia

Dampak kembalinya danau terhadap manusia sangat kompleks dan beragam. Bagi suku Tachi Yokut, kemunculan kembali Pa’ashi merupakan revitalisasi spiritual dan budaya yang mendalam, memungkinkan mereka untuk terhubung kembali dengan praktik tradisional.

Sebaliknya, komunitas pertanian menghadapi tantangan. Para petani menerapkan langkah-langkah pencegahan banjir untuk melindungi lahan pertanian, seringkali dengan mengorbankan komunitas pekerja di sekitarnya yang menderita akibat banjir dan pengungsian.

Berkah atau kutukan?

Underhill menekankan sifat beragam dari kembalinya Danau Tulare, mengakui kerugian pribadi dan harta benda yang diderita banyak orang, dan menunjukkan kebangkitan ekologi dan budaya yang diwakilinya. Kembalinya danau ini dilihat bukan hanya sebagai akibat dari bencana banjir tetapi juga sebagai pengingat akan keadaan sejarah dan alam kawasan tersebut.

“Sebagian besar liputan media arus utama berfokus pada hal-hal yang menyebabkan banjir di danau ini: peralatan pertanian, tanaman pangan, perusahaan susu, dan rumah. Mereka menggambarkan air ini sebagai bencana banjir yang telah menghancurkan tanaman dan peralatan bernilai jutaan dolar. Tapi ini bukan hanya air banjir. Ini adalah danau yang kembali,” kata Underhill.

Restorasi ekologi Danau Tulare

Ketika upaya untuk mengeringkan danau terus berlanjut, Underhill menyarankan evaluasi ulang praktik pengelolaan lahan sehubungan dengan perubahan iklim, dan menganjurkan pelestarian danau sebagai bagian dari strategi ekologi dan ekonomi yang lebih luas.

Underhill mencatat bahwa ahli biologi ikan dan ilmuwan perairan juga berpendapat bahwa danau tersebut harus dipulihkan sebagai habitat dan sebagai bagian dari gerakan menuju pengelolaan Pribumi.

“Mengakui Pa’ashi sebagai pusat ekosistem lanskap ini akan mengubah pengertian umum lembah ini: bukan lagi wilayah pertanian produktif yang memberi makan negara (dengan harga yang sangat mahal). Membiarkan Pa’ashi tetap tinggal dapat memulihkan hubungan Lembah Tengah dengan air, berfungsi sebagai penyimpanan air, perlindungan terhadap banjir, dan perubahan besar dalam restorasi ekologi,” jelasnya.

(rns/fay)