Jakarta –
Seorang wanita di Minnesota, Amerika Serikat, memiliki kondisi yang langka. Ia mengalami reaksi alergi ketika melakukan aktivitas fisik, seperti berolahraga. Kok bisa?
Kondisi unik ini dialami oleh Maggie Habashy. Habashy pertama kali mengalami gejala sekitar satu dekade lalu, setelah kelahiran anak pertamanya.
“Saya pergi lari untuk pertama kalinya setelah melahirkan; beberapa bulan setelahnya, dan saya merasa sangat gatal. Saya menyadari seluruh tubuh saya dipenuhi gatal-gatal,” kenang Habashy dikutip dari Fox 9, Kamis (14/11/2024).
Awalnya, Habashy mengira reaksi yang dialaminya dipicu oleh faktor lingkungan. Namun ia terus mengalami gejala, dan bahkan semakin parah.
Habashy sering mencoba lari atau mengikuti kelas olahraga, tetapi terpaksa berhenti karena matanya bengkak, tubuhnya mulai gatal, dan muncul gatal-gatal. Selama bertahun-tahun, ia telah menjalani banyak tes dengan berbagai dokter spesialis alergi.
Dokter spesialisnya saat ini, dr Micah Karasov dari Advancement in Allergy and Asthma Care Ltd, mengungkapkan bahwa kasus Habashy sangat tidak biasa karena tidak terkait dengan alergi makanan apa pun.
“Kebanyakan orang, ada pemicu makanan yang selama mereka menghindari makanan tersebut, baik itu gandum atau kedelai atau apa pun, selama mereka tidak memakannya, katakanlah, 2 hingga 4 jam sebelum berolahraga, mereka tidak akan bereaksi,” kata Karasov.
“Kasus Maggie unik karena jelas tidak ada pemicu makanan karena ia sedang berpuasa saat itu,” sambungnya.
Ketika melakukan puasa Ramadan tahun lalu, saat sudah tidak makan selama berjam-jam, Habashy mulai merasakan gatal-gatal di tenggorokan 20 menit sebelum mengikuti kelas olahraga. Ia kemudian menelepon suaminya, dan keduanya bergegas ke ruang gawat darurat.
“Ia (suami saya) mengatakan dokter tampak sangat takut, dan berkata ‘Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika terlambat selama 10 menit saja’,” tutur Habashy.
Sekarang, Habashy harus selalu membawa EpiPens setiap kali melakukan aktivitas fisik. Terkadang, ia bisa berolahraga selama 45 menit tanpa mengalami gejala. Namun di lain hari, gejala bisa muncul lebih cepat.
“Kadang saya melakukannya selama 15 menit, kadang saya melakukannya selama 45 menit. Itu tergantung pada harinya,” kata Habashy.
“Saya merasa frustasi karena tidak dapat menyelesaikannya, tetapi saya hanya melakukan yang terbaik yang saya bisa dan terus maju,” tandasnya.
(ath/kna)