Chaos Perang Saudara di Tetangga RI: Junta Kewalahan-Ada Wajib Militer

22 February 2024, 20:50

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah junta Myanmar memutuskan untuk memberlakukan wajib militer bagi warga di negara itu. Hal ini terjadi setelah tetangga Indonesia itu mengalami perang saudara dengan milisi bersenjata yang mulai melaporkan kemenangan.
Dalam laporan Reuters, program wajib militer ini harus diikuti oleh semua pria berusia 18 hingga 35 tahun dan wanita berusia 18 hingga 27 tahun. Mereka diharuskan bertugas hingga dua tahun di bawah komando militer.
Selain itu, spesialis seperti dokter berusia hingga 45 tahun harus bertugas selama tiga tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Junta mengeluarkan pemberitahuan berlakunya Undang-Undang Dinas Militer Rakyat mulai tanggal 10 Februari 2024,” lapor media pemerintah yang disiarkan televisi, akhir pekan lalu.
Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta, yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.
Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda itu. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.
Sejauh ini, Aliansi Tiga Persaudaraan yang beranggotakan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Arakan (AA), dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) telah berhasil mengambil alih kota seperti Laukkai.

Keberhasilan aliansi menguasai Laukkai telah menempatkan junta dalam posisi paling rentan sejak mereka merebut kekuasaan. Ini disebabkan posisi Laukkai yang dekat dengan China.
Kemenangan ini membuat junta Min Aung Hlaing mengambil tindakan keras. Baru-baru ini, junta menjatuhkan hukuman mati kepada 3 perwira tinggi yang menyerah setelah perebutan itun
Selain Laukkai, milisi AA juga telah berhasil merebut markas polisi di wilayah Sittwe beberapa pekan lalu.
Tak hanya perebutan teritorial, Aliansi Tiga Persaudaraan yang juga diikuti Milisi Arakan juga mengaku mereka baru-baru ini menenggelamkan tiga kapal pendarat angkatan laut junta dan menghancurkan kapal perang lainnya di Rakhine.
Penduduk setempat mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa tentara junta dari batalyon Kyauktaw mundur dari Sungai Kaladan ketika Milisi Arakan mencegat dan menenggelamkan mereka.

Akademisi hubungan internasional di American University, Aung San Win, mengatakan serangan ini sangatlah signifikan lantaran junta sangat bergantung pada armada lautnya di Rakhine.
“Sekarang saya pikir ketika angkatan laut diserang dan dihancurkan secara strategis, mereka berada dalam posisi yang sulit,” paparnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Pemberontakan di Tetangga RI Memanas, Militer Mulai Kewalahan

(luc/luc)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi