Cerita Keluarga Korban Begal di Surabaya, Dibacok, Tak Bisa Kerja, hingga Biaya Perawatan Sendiri

Cerita Keluarga Korban Begal di Surabaya, Dibacok, Tak Bisa Kerja, hingga Biaya Perawatan Sendiri

Surabaya (beritajatim.com) – M. Riski warga Jalan Bratang Gede tidak menyangka dirinya harus merasakan menjadi korban begal bersajam hingga kedua tangannya mengalami luka bacok yang parah pada Minggu (21/07/2024) dini hari. Kini, ia divonis dokter harus beristirahat di rumah untuk sementara dan dilarang bekerja agar cepat pulih.

Julia Munawaroh (60) ibu kandung M. Riski saat didatangi di rumahnya menceritakan bahwa M. Riski merupakan tulang punggung keluarga. Riski merupakan anak tengah dari 3 bersaudara dan sudah tidak memiliki sosok ayah karena telah meninggal dunia.

“Dengan kejadian ini anak saya tidak bisa bekerja dan motor yang dipergunakan kerja juga dirampas oleh para Gangster,” ujarnya, Kamis (25/07/2024).

Di rumah kontrakan berukuran 3×9 meter itu, M. Riski tinggal berempat dengan keluarganya. Ia setiap hari harus berangkat mengendarai Honda Beat yang dirampas oleh para begal untuk bekerja. Selain itu, M. Riski harus membayar pribadi biaya pengobatan yang diakibatkan aksi kejahatan jalanan itu. Total ia sudah mengeluarkan uang senilai Rp 8,2 juta.

“Anak saya sudah kondisi luka seperti ini, motor dirampas oleh orang yang membacok, dan kini harus membiayai pengobatan sendiri dengan biaya yang tidak sedikit. Saya tidak mampu dan dapat uang dari mana?,” tutur Julia Munawaroh.

Sementara itu M. Riski menceritakan pasca kejadian begal yang menimpanya ia mendapatkan sejumlah jahitan di tangannya. Ia tidak mengetahui secara pasti jumlah jahitan yang diterimanya. Kini, ia terancam tidak bisa bekerja selama 3 bulan ke depan.

“Saya kerja jadi kurir Shopee mas. Pekerja harian. Jadi dapat gajinya ya harian. Kalau tidak bekerja ya tidak dapat gaji,” kata Riski.

Kini, M. Riski berharap kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap pelaku pembegalan yang mencelakai dirinya. Ia juga berharap agar sepeda motor miliknya juga ditemukan karena itu adalah sarananya mencari uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

“Saya mengharap pak Polisi lebih gencar melakukan patroli rutin terutama di tempat rawan. Jangan sampai ada korban seperti saya lagi, kalau seperti ini siapa yang bisa menolong saya kalau bukan diri sendiri,” tutup MR. (ang/ian)