Cerita Calon Doktoral Jadi Korban Penipuan Beasiswa Kuliah di Filipina

19 April 2024, 8:20

Jakarta, CNN Indonesia — Sejumlah calon mahasiswa doktoral (S3) menjadi korban penipuan beasiswa kuliah di Philippine Women’s University (PWU) Manila, Filipina.
Salah satu korban bernama Irzan mengungkapkan awal mula dirinya dan puluhan orang lainnya mendaftar kuliah di PWU. 
Mulanya Irzan melihat iklan di media sosial mempromosikan kuliah doktor dengan biaya murah sekitar November-Desember 2023 di PWU Manila, Filipina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irzan tertarik karena perkuliahan dilakukan daring dan kampus tersebut sudah terakreditasi di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).
“Itu kita cek juga ternyata di Dikti juga ada akreditasinya, jadi kita ya percaya-percaya aja,” kata Irzan kepada wartawan, Selasa (16/4), dikutip dari detik.com.

Irzan mencoba mendaftar karena biayanya yang murah. Menurutnya, dari penjelasan pihak pengelola, biaya kuliah bisa murah karena ada beasiswa parsial. Dari seharusnya Rp100 juta, para calon mahasiswa doktoral ini cukup membayar Rp30 juta.

“Kita kan enggak ngerti beasiswa parsial itu apa, nah kita hanya bayar Rp 30 juta dan selebihnya ditanggung oleh pengelola namanya PT PSI. Kita setor Rp30 juta itu, ada di saya setruknya, ada aktanya juga, dan kita juga dapat letter of acceptance (LOA) jadi surat penerimaan dari kampus itu,” ujarnya.
Irzan dan calon mahasiswa lainnya mendapatkan ID card. Namun hingga Maret 2024, para calon mahasiswa ini tidak kunjung kulia.
Para calon mahasiswa ini kemudian membuat grup dan ternyata ada sekitar 207 orang dari beragam latar belakang yaitu guru, dosen, ustaz, perawat, hingga pegawai swasta.
“Kita di Batch V isinya 207 orang satu angkatan itu. Kita cek uang ternyata sudah miliaran gini,” kata Irzan.

Karena ketidakjelasan itu kemudian para korban melakukan mediasi dengan seorang pria berinisial BTC yang mengaku sebagai profesor. ‘Prof’ BTC ini juga sebagai pihak yang mempromosikan iklan perkuliahan itu. 
“Setelah terkumpul, akhirnya si Prof BTC itu melalui Zoom mengakui ke kita bahwa uang itu dipergunakan untuk trading. Karena katanya itu untuk membiayai beasiswa kita, itu yang kita kaget. Katanya sih uangnya 1 sekian M, cuma sisanya kita enggak tahu ini ke mana karena enggak ada penjelasan resmi dari PT PSI ini,” katanya.
Menurut Irzan, ‘Prof’ BTC malah menyodorkan seorang pengacara berinisial S. Para korban ditawarkan untuk berkuliah di kampus milik Prof S ini.
“Bukannya mediasi malah kita disodorkan pengacara, Prof S. Kebetulan Prof S ini punya kampus juga kuliah online katanya satu tahun bisa dapat gelar doktor. Mahasiswa nggak mau, kok jadi terkatung-katung diarahkan kampus ini, kampus di Bogor, lagi pula ini tidak terdaftar di Dikti,” ujarnya.
Para korban akhirnya melaporkan ‘Prof’ BTC ke Polres Metro Bekasi pada 8 April 2024. Dalam laporan bernomor LP/B/647/IV/2024/SPKT/Polres Metro Bekasi Kota/Polda Metro Jaya, para korban melaporkan Prof BTC dengan pasal penipuan dan/atau penggelapan sesuai dengan Pasal 378 dan/atau 372 KUHP.

Baca berita selengkapnya di sini. (tim/fra)

[Gambas:Video CNN]

Tokoh

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi