Selain Rumah La Nyalla, KPK Geledah 6 Lokasi Terkait Kasus Dana Hibah Jatim
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK
) menggeledah tujuh lokasi di Surabaya, Jawa Timur, selama 14-16 April 2025, terkait kasus korupsi pengurusan dana hibah untuk Pokmas dari APBD Provinsi Jawa Timur 2019-2022.
Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto mengatakan, salah satu lokasi yang digeledah dalam rangkaian tersebut adalah rumah mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
La Nyalla
Mattalitti.
“Hari Senin, tiga lokasi di Kota Surabaya. Tiga lokasi adalah rumah pribadi, salah satunya merupakan rumah yang tadi disebut saudara LN (La Nyalla). Hari Selasa, kemarin, kegiatan pengeledahan di satu lokasi, yang merupakan kantor di Kota Surabaya,” kata Tessa di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (16/4/2025).
“Untuk hari ini ada pengeledahan di tiga lokasi. Tiga-tiganya merupakan rumah pribadi,” ujar dia melanjutkan.
Tessa mengatakan, dari seluruh penggeledahan, penyidik menyita sejumlah dokumen dan barang bukti elektronik.
“Tidak spesifik disampaikan (penyidik) barang bukti elektronik dan dokumen tersebut disita di mana,” ujarnya.
Di sisi lain, Tessa mengatakan, KPK tak ambil pusing atas pernyataan La Nyalla bahwa tidak ada barang bukti yang disita dari rumahnya saat penggeledahan.
Dia mengatakan, penyidik memiliki petunjuk dan kewenangan dalam melakukan penggeledahan, termasuk di rumah La Nyalla.
“Penyidik tentunya memiliki petunjuk dan kewenangan untuk melakukan proses pengeledahan, termasuk salah satunya di rumah saudara LN (La Nyalla) walaupun dinyatakan oleh yang bersangkutan tidak ditemukan apa pun,” ucap dia.
Sebelumnya, KPK menyebut rumah La Nyalla digeledah berkaitan dengan jabatan La Nyalla sebagai Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur periode 2010-2019.
“Terkait dengan penyidikan perkara dana hibah, pada saat yang bersangkutan (
La Nyalla Mattalitti
) sebagai Wakil Ketua KONI,” kata Wakil Ketua KPK Fitroh Rohcahyanto saat dihubungi, Rabu (16/4/2025).
Selain rumah La Nyalla, kantor KONI Jawa Timur pun ikut digeledah oleh KPK.
Sementara itu, La Nyalla mengaku tidak tahu-menahu mengapa rumahnya digeledah KPK.
Ia mengaku tidak mengenal mantan Ketua DPRD Jawa Timur Kusnadi yang berstatus sebagai tersangka dalam kasus suap dana hibah provinsi Jawa Timur.
“Saya juga tidak tahu, saya juga tidak pernah berhubungan dengan Saudara Kusnadi. Apalagi, saya juga tidak kenal sama nama-nama penerima hibah dari Kusnadi,” kata La Nyalla, dalam siaran pers, Senin.
La Nyalla juga mengeklaim bahwa penyidik tidak menemukan bukti atau uang terkait perkara tersebut saat rumahnya digeledah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Nasional
-
/data/photo/2025/02/14/67af3f4893084.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Selain Rumah La Nyalla, KPK Geledah 6 Lokasi Terkait Kasus Dana Hibah Jatim Nasional 16 April 2025
-
/data/photo/2025/04/15/67fe77354132f.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kemenhan Sebut Isu Pangkalan Militer Rusia di Papua Kontraproduktif Nasional 16 April 2025
Kemenhan Sebut Isu Pangkalan Militer Rusia di Papua Kontraproduktif
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI menegaskan bahwa isu yang menyebut pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Manuhua di Biak, Papua, bakal menjadi
pangkalan militer Rusia
, bertentangan dengan kepentingan nasional.
Kepala Biro Info Pertahanan Kemenhan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang menyatakan bahwa isu yang dimunculkan media asing itu tidak ada benarnya.
“Kita meyakini bahwa dengan menerima peluang tersebut justru akan mungkin kontraproduktif dengan kepentingan nasional Indonesia,” kata Frega di Kantor Kemenhan RI, Jakarta, Rabu (16/4/2025).
Ia menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia saat ini justru fokus pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, isu Lanud Manuhua menjadi pangkalan militer Rusia ini juga terindikasi adanya pihak-pihak yang ingin mengadu domba atau memunculkan kegaduhan.
“Ketika ada isu-isu polemik dari hal-hal kecil yang, saya tidak tahu, mungkin ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba atau ingin memunculkan masalah itu, akhirnya jadinya timbul kegaduhan,” kata Frega.
“Dan bahkan bukan kegaduhan secara domestik, tapi kegaduhan dari luar negeri,” ujar dia.
Frega pun mengaku sudah melakukan klarifikasi kepada media-media nasional maupun asing yang menghubunginya terkait isu tersebut.
Ia juga memeriksa ulang apakah dalam pertemuan Menhan RI dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia pada Februari lalu memang ada pembicaraan menggunakan Lanud Manuhua untuk markas pesawat militer Rusia.
Hasilnya, tidak pernah ada perbincangan untuk menjadikan Lanud Manhua sebagai pangkalan militer Rusia.
“Dan saya mencoba untuk merekam kembali dan berkoordinasi juga dengan yang memang hadir di pertemuan tersebut (Menhan RI dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia), meyakinkan benar enggak, apa saya yang salah, mungkin saya yang lupa. Ternyata memang tidak ada pembicaraan itu,” kata Frega.
Sebelumnya, dikutip dari
Antara
, media asing melaporkan bahwa Federasi Rusia meminta kepada pemerintah Indonesia untuk menjadikan Lanud Manuhua di Biak, Papua, sebagai lokasi pangkalan bagi pesawat-pesawat militer Rusia.
Permintaan tersebut disampaikan setelah pertemuan antara Menhan RI dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia pada Februari 2025, dengan maksud menempatkan pesawat-pesawat jarak jauh milik Russian Aerospace Forces (VKS) di Lanud Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo.
Kemenhan pun menepis kabar tersebut.
“Terkait pemberitaan tentang usulan penggunaan pangkalan Indonesia oleh Rusia, Kemhan mengklarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar,” kata Frega kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (15/4/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/01/11/6781da23abddb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banyak Kader PDI-P Harap Megawati Jadi Ketum Periode 2025-2030 Nasional 16 April 2025
Banyak Kader PDI-P Harap Megawati Jadi Ketum Periode 2025-2030
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Ketua DPP
PDI-PGanjar Pranowo
mengungkapkan banyak kader yang mengharapkan
Megawati Soekarnoputri
kembali ditetapkan sebagai ketua umum PDI-P dalam
Kongres VI
mendatang.
Hal itu disampaikan Ganjar saat ditanya mengenai kepastian jadwal
Kongres VI PDI-P
dan juga potensi Megawati kembali dipilih menjadi ketua umum untuk periode selanjutnya.
“Kalau tren suara yang dari bawah sih begitu yah,” ujar Ganjar saat ditemui di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (15/4/2025) malam.
Meski begitu, mantan gubernur Jawa Tengah itu menegaskan bahwa waktu dan tempat pelaksanaan Kongres VI PDI-P belum ditetapkan hingga saat ini.
Menurutnya, jajaran PDI-P tengah mencari hari yang baik pada 2025 ini untuk melaksanakan agenda besar tersebut.
“Belum, belum, tapi ya tahun ini lah. Ya pasti nunggu hari baik,” kata Ganjar.
Ketua DPP PDI-P,
Puan Maharani
menyampaikan bahwa pelaksanaan Kongres VI partainya berpotensi mundur dari jadwal awal yang direncanakan, yakni pada April 2025.
Namun, ia memastikan pelaksanaan Kongres VI PDI-P tetap dilaksanakan pada 2025 ini dan tidak akan ditunda sampai tahun berikutnya.
“Bisa saja mundur dari bulan April. Namun pastinya insya Allah tidak lebih dari tahun 2025,” ujar Puan saat ditemui di Gedung DPR RI, Senin (14/4/2025).
Puan mengungkapkan, sampai saat ini belum ada penetapan soal waktu maupun tempat pelaksanaan Kongres VI PDI-P.
Partai berlambang kepala banteng itu tentu akan terus melihat situasi dan kondisi politik di tanah air. Kendati demikian, Ketua DPR itu mengeklaim bahwa segala persiapan masih tetap berjalan dan sesuai tahapan perencanaan.
“Kongres sampai saat ini belum ditentukan akan dilaksanakan kapan, karena melihat situasi dan kondisi yang ada, tentu saja ini tidak perlu dilakukan terburu-buru,” kata Puan.
“Semuanya on the track, masih bisa dilaksanakan tugas-tugas yang ada di internal PDI Perjuangan, dan semuanya berada dalam kendali ketua umum,” pungkasnya.
PDI-P diketahui telah menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) V pada 24 hingga 26 Mei 2024. Dalam Rakernas tersebut, menghasilkan 17 sikap partai berlambang kepala banteng itu.
Di poin ke-17, DPP PDI-P memohon kesediaan Megawati untuk menjadi ketua umum periode 2025-2030.
“Rakernas V partai setelah mendengarkan pandangan umum DPD PDI Perjuangan se-Indonesia memohon kesediaan Prof Dr Megawati Soekamoputri untuk dapat diangkat dan ditetapkan kembali sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2025-2030 pada Kongres VI tahun 2025,” ujar Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani membacakan 17 sikap partai, pada Minggu (26/5/2024).
Megawati juga diberikan mandat untuk menentukan sikap politik PDI-P terhadap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Rakernas V memandang pentingnya keteguhan kepemimpinan partai di dalam menghadapi transisi pemerintahan ke depan. Oleh karena itu, Rakernas V Partai memberikan kewenangan penuh kepada Ketua Umum PDI Perjuangan sesuai dengan ketentuan Pasal 15 Anggaran Rumah Tangga PDI Perjuangan untuk menentukan sikap politik partai terhadap pemerintah,” ujar Puan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/04/14/67fc7fce51c66.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/13/67fb07cec1d2d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/16/67ff580ddcc40.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/15/67fe55c544638.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/15/67fe75d81d43e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/04/15/67fe553bd1ce5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/01/24/67930e00f1a8c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)