Mojokerto (beritajatim.com) – Konsumsi ikan Kabupaten Mojokerto berada di 48,17 kg per kapita per tahun. Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati tidak berani menetapkan target tinggi konsumsi ikan warga karena Kabupaten Mojokerto tidak memiliki laut, namun pihaknya ingin pemerintah fokus pada kepentingan masyarakat dalam meningkatkan konsumsi ikan.
Hal tersebut disampaikan saat menghadiri Rapat Kerja (Raker) Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Tahun 2024 di Pendopo Graha Maja Tama (GMT), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto. Raker tersebut dilaksanakan sebagai upaya Pemkab Mojokerto untuk membangun kesadaran individu maupun seluruh masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan.
Raker Forikan yang memiliki visi ‘Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Kuat dan Cerdas Dengan Ikan Sebagai Menu Utama Keluarga Indonesia’, juga turut mengundang dua narasumber yakni Farida dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan demo masak bersama chef linda dari Lautan Natural Krimerindo.
Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokertp ini mendorong Forikan untuk lebih aktif dalam meningkatkan konsumsi ikan. Bupati juga menginstruksikan Dinas Pangan dan Perikanan (Dispari) untuk menindaklanjuti pelatihan pengelolaan ikan pasca panen dan untuk memijahkan ikan wader.
“Forikan harus menjadi motor penggerak untuk meningkatkan konsumsi ikan di Kabupaten Mojokerto. Dan perlu diketahui saat ini beberapa pelaku kuliner sambel wader yang merupakan makanan khas Mojokerto sedang mengalami kesusahan mencari bahan baku,” ungkapnya.
Pemkab Mojokerto telah melakukan studi banding di Jawa Barat terkait budidaya ikan air tawar dan meminta dukungan dan kerjasama kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Pemkab Mojokerto juga rutin melaksanakan rapat kerja Forikan.
“Setidaknya kita tidak jauh berbeda dengan nasional. Kita sama PR-nya dengan Jawa Timur. Bagaimana cara dan merubah mindset saja, saat ini tentu tidak masalah ketika kemudian tidak punya laut karena distribusi bahan pangan itu sudah sangat luar biasa dan teknik pengolahan bahan pangan itu juga sudah luar biasa,” katanya.
Di sisi yang lain, tantangan Pemkab Mojokerto saat ini sedang dihadapkan dengan permasalahan stunting dan menjadi evaluasi besar. Untuk angka stunting di angka 9,6 persen naik menjadi 16 persen yang diduga karena lepas pengawasan dan perhitungan.
“Sesungguhnya kalo kita membiasakan ibu hamil konsumsi ikan bagus, pada ASI Eksklusif ibunya mengkonsumsi ikan. Pada saat mendapatkan MPASI ini merupakan tantangan besar bagaimana para ibu memberikan MPASI yang tidak instan bikin sendiri. Ketika memasuki ikan dalam MPASI yang instan itu berat,” tegasnya.
Bupati mendorong Forikan untuk lebih aktif dalam meningkatkan konsumsi ikan dan khususnya membiasakan untuk para bumil, ibu menyusui, anak dan para lansia mengkonsumsi ikan. Menurutnya, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan di Kabupaten Mojokerto, salah satunya memasang target dan memonitor lalu lalang ikan.
“Ini merupakan tugas forikan bagaimana bumil, ibu menyusui mau makan dan menjadi menu utamanya serta makanan pendamping ASI pilihan ikan. Di sisi yang lain Bagaimana para lansia menjadi sumber protein untuknya juga ikan syaratnya jangan digoreng. Dan kita harus memasang target, kalo sudah pasang target upayanya apa? Dan memonitor lalu lalangnya ikan yang keluar masuk Mojokerto,” paparnya.
Tujuan dari terlaksananya raker Forikan yaitu membangun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan menjadi pembudayaan makan ikan, meningkatkan satuan gerakan pelaksanaan program atau kegiatan antara stakeholder Forikan dengan tujuan penurunan stunting, menyampaikan laporan program kegiatan Forikan tingkat kecamatan.
Turut hadir Kepala Dispari, Ketua Dharma Wanita Persatuan, perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes), Disperindag, Ketua Umum Forikan kabupaten Mojokerto, Ketua Forikan kecamatan, serta 80 peserta yang terdiri dari pengurus Forikan tingkat Kabupaten maupun Kecamatan, Pokja III TP PKK Kabupaten Mojokerto. [tin/aje]