BRIN Tekankan Pentingnya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai untuk Cegah Bencana

19 March 2024, 12:01

TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hidayat menyatakan, hari air sedunia yang diperingati tiap 22 Maret, menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pengelolaan sumber daya air berbasis daerah aliran sungai (DAS) terpadu.“Pengelolaan DAS terpadu menghadirkan solusi holistik terhadap tantangan air yang kita hadapi. Strategi pengelolaan air yang proaktif terbukti mengurangi risiko bencana, melindungi masyarakat, dan menumbuhkan ketahanan regional,” kata Hidayat dalam seminar internasional bertajuk “Watershed-Based Water Resources Management for Shared Prosperity,” yang digelar secara bybrid, Senin, 18 Maret 2024.Menurut Hidayat, perlu kolaborasi, keterlibatan masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan, untuk menjamin keamanan air jangka panjang dan lingkungan yang sehat. Hal ini mencakup praktik konservasi tanah dan air yang mencegah erosi, meminimalkan limbah, dan mendorong siklus air yang berkelanjutan. “Pendekatan terpadu ini menumbuhkan win-win scenario, yang menguntungkan masyarakat dan lingkungan,” katanya.Komite Pengarah Program Hidrologi Internasional (IHP) UNESCO Indonesia yang juga Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito, mengatakan, pertumbuhan populasi global, gangguan iklim, polusi air, dan ketimpangan akses terhadap air bersih memerlukan peralihan ke praktik pengelolaan air berkelanjutan.Pinandito menilai, pengelolaan DAS menjadi salah satu solusi mengatasi masalah itu. “Dengan memahami aliran air di dalam DAS dan menerapkan langkah-langkah seperti dataran banjir dan penyangga alami, kita dapat meminimalkan dampak banjir dan kekeringan. Ini melindungi masyarakat, infrastruktur, dan lahan pertanian,” ujarnya.Selain itu, kata Pinandito, pengelolaan DAS mendorong efisiensi biaya. Dengan mengoptimalkan penggunaan air berarti meminimalkan kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran. “Hal ini dapat mencakup promosi teknologi hemat air di bidang pertanian dan perkotaan. Serta penerapan teknik pemanenan air hujan. Sehingga mengurangi permintaan terhadap sumber daya yang ada dan menurunkan biaya pengolahan air,” ucapnya.Iklan

Rehabilitasi Hutan dan LahanMartin Doviyanti dari Direktorat Konservasi Tanah dan Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan, pengelolaan DAS mencakup produksi, regulasi, distribusi, dan konsumsi air yang melibatkan banyak pihak. Karena itu, konservasi tanah dan air menjadi upaya mencegah erosi tanah, menjaga kualitas air, dan mengelola penggunaan sumber daya tanah dan air secara berkelanjutan.Menurut Martin, dalam hal pengembangan energi baru terbarukan, rehabilitasi hutan dan lahan dapat menjadi salah satu alternatif. Pemilihan jenis tanaman yang tepat perlu dilakukan. “Rehabilitasi hutan dan lahan (forest and land rehabilitation/FLR) merupakan upaya pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan fungsi hutan dan lahan. Agar daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam menunjang sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” ucap Martin.Martin menambahkan, FLR diprioritaskan pada daerah hulu DAS yang rawan banjir, kekeringan, tanah longsor, daerah tangkapan air dari waduk, bendungan, danau, daerah imbuhan air tanah, dan daerah sempadan sungai. Serta daerah hilir DAS yang rawan terhadap tsunami, intrusi air laut, dan abrasi sungai.“Implementasi FLR sudah diterapkan antara lain di Jawa Tengah, Kawasan Hutan Gunung Balak Lampung, Desa Girimulyo, Kawasan Bukit Menoreh Yogyakarta, dan Hutan Cyclop Papua. Juga dilakukan sentra pembibitan tanaman tertentu di sejumlah daerah seperti Mentawai, Labuan Bajo, Toba, Rumpin, dan mangrove di Bali,” kata Martin.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi