Jakarta –
Direktur Utama Telkom Ririek Andriansyah blak-blakan terkait persaingan layanan internet berbasis satelit di pasar Indonesia. Terutama mengenai perbedaan satelit Merah Putih 2 dan Starlink milik Elon Musk.
Ririek menyebutkan bahwa kedua satelit tersebut memiliki perbedaan segmen pasar. Apabila, Starlink membidik pelanggan yang membutuhkan akses internet cepat dengan harga mahal, sedangkan Merah Putih 2 menyediakan layanan internet dengan harga terjangkau.
“Sebenarnya Merah Putih 2 dengan Starlink ini berbeda. Seperti di posisinya, Merah Putih 2 ini berada di posisi GEO (Gestationary Earth Orbit) kira-kira jaraknya 36 ribu kilometer dari permukaan air laut. Nah, kalau Starlink itu di LEO (Low Earth Orbit) kira-kira jaraknya 400 kilometer dari permukaan,” ungkap Ririek dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (21/2/2024).
Dengan perbedaan jarak tersebut berdampak pada latensi yang internet kepada penggunanya. Satelit GEO akan lebih lama latensinya, sedangkan satelit LEO lebih cepat.
“Kalau butuh latensi atau internet kecepatan tinggi, maka pilihannya Starlink, tapi harganya lebih mahal. Nah, kalau level berikutnya Merah Putih 2 itu lebih murah,” kata Ririek.
Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd. Rauf mengatakan segmen pelanggan satelit Merah Putih 2 adalah mereka yang menginginkan kebutuhan koneksi di bawah 25 Mbps. Sementara, Starlink untuk kebutuhan bandwidth di atas 100 Mbps.
Sebagai informasi, Telkomsat telah bekerjasama dengan Starlink. Konstelasi satelit milik Elon Musk itu jadi backhaul Telkomsat di pasar Indonesia. Hanya saja untuk saat ini, layanan tersebut menyasar pelanggan korporasi.
“Jadi, itu sudah masuk dalam hitungan dan kami pikir strategi ini sudah cukup untuk membuat business plan tercapai, baik dari bisnis Starlink maupun satelit Merah Putih 2,” kata Lukman.
Konferensi pers usai peluncuran satelit Merah Putih 2 dari Cape Canaveral, Florida, AS. Foto: Fitraya Ramadhanny/detikINET
Target Pasar Satelit Merah Putih 2
Satelit Merah Putih 2 milik Telkom berhasil meluncur dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Selasa, 20 Februari 2024 waktu Florida, Amerika Serikat (AS) atau Rabu dini hari 21 Februari 2024 waktu Indonesia.
Berbeda dengan satelit yang dimiliki Telkom sebelumnya, satelit Merah Putih 2 merupakan yang paling canggih karena menggunakan teknologi high throughput satellite (HTS). Total investasi yang dikucurkan Telkom mencapai Rp 3,5 triliun untuk proyek satelit ini.
“Segmen yang kami sasar dengan satelit baru Merah Putih 2 ini adalah wholesale dan enterprise, yang kami sampaikan yang menjadi customer itu VSAT operator yang melakukan reselling terhadap kapasitas kita, begitu juga mobile operator menjadi satelit kita sebagai backhaul,” tutur Lukman.
Lukman menyebutkan potensi pengguna kapasitas satelit Merah Putih 2 ini berasal dari sektor pertambangan dan area pelosok Tanah Air yang belum ada akses internet di wilayah tersebut.
“Kita juga punya segmen di maritim yang kita juga yakin bahwa segmen ini selalu menjadi area pasar bisnis satelit, karena terresterial pasti tidak bisa masuk jauh ke dalam area maritim, mungkin hanya 12-15 km dari bibir pantai,” pungkas Lukman.
(agt/rns)