Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Bos Krakatau Steel Bicara Peta Industri Baja Nasional dari Soekarno hingga Prabowo

Bos Krakatau Steel Bicara Peta Industri Baja Nasional dari Soekarno hingga Prabowo

Bisnis.com, JAKARTA – Perjalanan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) dalam membangun industri baja nasional terus berlanjut guna menyambut Indonesia Emas 2024. Meski demikian, upaya tersebut masih diselimuti sejumlah tantangan.

Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar menuturkan bahwa pembangunan industri baja nasional sejatinya telah dimulai sejak pelaksanaan Proyek Baja Trikora yang diinisiasi Presiden Soekarno pada 1960.

Keberlanjutan pembangunan industri baja kemudian terus berlanjut di bawah kepemimpinan Joko Widodo dan kini berlangsung di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang menginginkan Indonesia memiliki kemandirian produksi.

“Baja merupakan salah satu industri penggerak untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan presiden,” ujar Akbar saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia di Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Menurutnya, Krakatau Steel memiliki peran signifikan dalam membangun Indonesia Emas 2045. Salah satunya, perseroan dapat menjadi tulang punggung industri baja sehingga mampu mengurangi ketergantungan impor.

Di samping itu, perseroan diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan surplus perdagangan melalui penurunan impor.

Meski demikian, perseroan saat ini masih dihadapkan pada upaya restrukturisasi yang rencananya dapat rampung pada kuartal I/2025. KRAS, saat ini tercatat memiliki pokok utang dan bunga sebesar US$1,4 miliar.

Di tengah upaya restrukturisasi, manajemen KRAS juga membuka peluang untuk membawa anak usahanya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah tersebut sejalan dengan rencana penggalangan dana yang akan ditempuh perseroan.

Krakatau Steel memang berencana melakukan penggalangan dana atau fundraising dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan anak usaha secara jangka panjang.

Sebelumnya, Akbar mengatakan, upaya perbaikan yang dilakukan Krakatau Steel Group sejatinya diarahkan untuk meningkatkan kinerja konsolidasi. Untuk itu, manajemen berpeluang mengkaji lebih lanjut rencana initial public offering (IPO) anak usaha.

“Potensi IPO pada anak perusahaan akan kami eksplorasi dan kaji lebih lanjut guna memberikan nilai tambah bagi kinerja Krakatau Steel,” kata Akbar.

Sementara itu, dari sisi operasional, manajemen KRAS menargetkan total penjualan baja dapat mencapai 1,7 juta ton sepanjang 2025. Target itu seiring dengan kembali beroperasinya pabrik Hot Strip Mill (HSM) I di Cilegon, Banten.

Akbar mengatakan, dengan beroperasinya pabrik HSM I, perseroan memperkirakan adanya kenaikan pendapatan dan volume penjualan baja pada tahun depan.

“Dengan target beroperasinya kembali Pabrik Hot Strip Mill, kami proyeksikan akan terjadi peningkatan pendapatan dan volume penjualan baja,” ucapnya.

Dia menambahkan optimisme tersebut juga diperkuat dengan adanya kerja sama antara KRAS bersama 23 perusahaan distributor, pabrikan maupun coil centre untuk suplai produk selama kurun 2 tahun ke depan.

“Beberapa waktu lalu kami telah menandatangani long term supply agreement dengan 23 perusahaan distributor, pabrikan, maupun coil centre untuk suplai produk baja mencapai 38.500 ton per bulan selama 1 hingga 2 tahun ke depan,” ucapnya.

Sepanjang 2024, emiten pelat merah ini telah melaksanakan long term supply agreement sebesar 1.256.000 ton. Perinciannya, hot rolled coil mencapai 786.000 ton dan cold rolled coil sebesar 470.000 ton.

Dari sisi kinerja, sampai dengan kuartal III/2024, Krakatau Steel membukukan pendapatan sebesar US$657,5 juta. Raihan ini ditopang oleh pendapatan produk baja senilai US$436,1 juta dan pendapatan nonbaja senilai US$221,4 juta.

Akbar mengatakan bahwa realisasi pendapatan perseroan diikuti dengan volume penjualan sebesar 532.200 ton atau 66,3% dari total pendapatan KRAS.

“Hingga September 2024, secara konsolidasi, perseroan juga mencatatkan laba bruto sebesar US$64,3 juta dan perseroan berhasil menurunkan biaya SGA sebesar 15% melalui program efisiensi yang secara konsisten dijalankan,” kata Akbar.