Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Autis atau autisme merupakan kelainan atau gangguan pada fungsi otak dan saraf.
Sehingga, dapat memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Lalu, apakah anak dengan autis bisa disembuhkan?
Pertanyaan ini mungkin yang paling banyak ditanyakan oleh orang tua ketika anaknya terdiagnosis autisme.
Menurut dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K),M.Med , ketika anak didiagnosis autis, anak tidak diberikan obat. Kecuali, anak kerap melakukan perilaku berbahaya.
“Misalnya, pukul-pukul kepalanya sendiri atau membahayakan, mengganggu lingkungannya. Mau ngajak main, dia enggak tahu caranya, temannya didorong,”ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Selasa (15/5/2025).
Namun, obat yang diberikan, kata dr Amanda tidak bertujuan untuk menyembuhkan.
Obat dari dokter ini hanya untuk mengurangi perilaku di atas.
“Tapi obatnya juga bukan menyembuhkan, ya. Hanya mengurangi perilaku mal adaptif. Atau misalnya kalau ada kelainan penyerta, misalnya epilepsi, mungkin memerlukan obat,” imbuhnya.
Lantas, jika tidak ada obat, apa yang harus dilakukan orang tua?
Orang tua bisa memberikan beberapa terapi. Biasanya jika anak masih kecil, bisa dimulai dengan terapi sensorik integrasi.
Tujuan dari terapi ini adalah bagaimana anak bisa memproses semua yang tertangkap oleh panca indra dari lingkungan.
“Nah, sensorik integrasi ini membantu anak untuk dapat melakukan itu. Biasanya kalau sensorik integrasi sudah lebih baik, maka perhatian dan interaksinya juga akan membaik,” imbuhnya.
Kemudian anak dengan perilaku yang kurang baik seperti maladaptif, agresif, atau tidak pandai mengadakan kontak mata, bisa diterapi dengan terapi perilaku atau terapi behavior.
Sedangkan jika anak mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari, terutama yang menyangkut motorik halus, maka bisa dilakukan terapi okupasi.
“Sama juga kalau ada gangguan kesulitan dalam motorik kasar, olahraga, misalnya mungkin perlu fisioterapi,” lanjutnya.
Saat ini sudah banyak pelatihan untuk orang tua yang bertujuan mengajarkan bagaimana menstimulasi dan mengajarkan anak berkomunikasi di rumah.
“Jadi tujuannya bukan untuk menyembuhkannya karena perlu dicamkan bahwa autism ini bukan penyakit. Jadi kita nggak bicara kapan anak saya sembuh atau gimana anak saya supaya bisa sembuh,” lanjutnya.
Karena anak yang autis sebenarnya hanya memiliki cara yang berbeda untuk berkomunikasi dan memproses informasi dari lingkungan.
“Jadi kita cuma membantu mereka untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Goal akhirnya adalah membantu dia untuk mengembangkan strategi supaya dia bisa berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya. (*)