BGN Khawatir Gizi Anak Menurun Saat Libur Sekolah, dr Tan Pertanyakan Studinya

BGN Khawatir Gizi Anak Menurun Saat Libur Sekolah, dr Tan Pertanyakan Studinya

Jakarta

Program makan bergizi gratis (MBG) yang tetap berjalan selama libur sekolah menuai pro dan kontra. Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut kebijakan ini dilandasi kekhawatiran penurunan status gizi anak karena pola makan keluarga dinilai tidak terpantau selama masa liburan. Namun alasan tersebut dipertanyakan oleh ahli gizi dr Tan Shot Yen, yang menilai kebijakan BGN tidak berbasis bukti ilmiah.

Kepala Biro Hukum dan Humas BGN Khairul Hidayati sebelumnya menyatakan layanan MBG tetap diberikan saat libur sekolah untuk mencegah risiko kekurangan gizi pada anak dan ibu.

“Kami ingin memastikan bahwa masa liburan bukan periode berisiko bagi tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu, tapi tetap menjadi fase yang aman karena dukungan gizi tetap berjalan,” kata Khairul Hidayati, dikutip dari laman resmi BGN.

BGN menilai, ketika anak tidak berada di sekolah, pola makan mereka sepenuhnya bergantung pada keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak terjaga kualitas dan kecukupan gizinya. Atas dasar itu, distribusi MBG tetap dilanjutkan meski kegiatan belajar mengajar libur di periode Natal dan Tahun Baru.

Alasan tersebut mendapat sorotan tajam dari dr Tan. Ia mempertanyakan data dan kajian ilmiah yang digunakan BGN untuk menyimpulkan risiko kekurangan gizi justru meningkat saat libur sekolah.

“Kalau ini alasannya, jujur saya marah. Ada data studi yang menyatakan kekurangan gizi meningkat saat libur?” kata dr Tan saat dihubungi, Rabu (24/12/2025).

Menurut dr Tan, kebijakan publik, terutama yang menyangkut gizi anak semestinya berbasis bukti, bukan asumsi. Ia menilai BGN gagal menjalankan fungsi edukasi gizi kepada keluarga, padahal libur sekolah seharusnya menjadi momentum penguatan peran orang tua dalam menyediakan makanan sehat di rumah.

“Kalau betul khawatir, seharusnya yang diperkuat itu edukasi keluarga tentang pola makan bergizi, bukan sekadar membagi makanan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti jenis makanan yang dibagikan dalam program MBG selama libur sekolah. Berdasarkan sejumlah aduan yang ia terima melalui akun Instagram pribadinya, menu MBG yang diberikan didominasi produk ultra processed food (UPF).

“Banyak ibu-ibu mengirimkan foto MBG berisi biskuit, snack, roti, bahkan diberikan ke bayi usia 15 bulan. Ini jelas bermasalah,” kata dr Tan.

dr Tan menegaskan MBG seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga menjadi contoh ideal pola makan sehat masyarakat Indonesia.

“MBG semestinya menjadi template, acuan, rujukan makanan sehat Indonesia. Itu sebabnya free school meal di negara lain bagus-bagus. Di dalamnya ada edukasi, ada literasi, di balik makanan ada nilai,” ujarnya.

Ia menyayangkan jika program sebesar MBG hanya dipahami sebatas distribusi makanan tanpa nilai pendidikan.

“Setiap kunyahan seharusnya ada rasa syukur yang sesungguhnya. Bukan sekadar, ‘syukur sudah dikasih makan’, tapi isinya cuma perut, bukan otak,” tutup dr Tan.

Halaman 2 dari 2

Simak Video “Video Makanan UPF Jadi Aduan Terbanyak yang Diterima MBG Watch”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)