Surabaya (beritajatim.com) – Proses pemungutan suara dalam Pilkada serentak 2024 di Kota Surabaya diwarnai insiden mengejutkan. Bawaslu Surabaya mengungkap adanya surat suara yang sudah tercoblos sebelum digunakan. Temuan ini terjadi di TPS 3 Kelurahan Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, saat seorang pasangan suami istri hendak menyalurkan hak pilih pada 27 November 2024.
Dodik Wahyono, Panwascam Mulyorejo, menjelaskan bahwa surat suara pertama yang diterima pasangan tersebut terdapat lubang yang menyerupai bekas coblosan paku. Setelah dikembalikan dan ditukar, surat suara kedua juga memiliki bekas lubang serupa. Baru pada surat suara ketiga, tidak ditemukan masalah.
“Surat suara ini jelas-jelas berlubang, mirip bekas coblosan. Ini bukan cacat cetak, tetapi lebih seperti bekas tusukan paku,” tegas Dodik, Senin (2/12/2024).
Selain temuan surat suara tercoblos, Bawaslu Surabaya mencatat permasalahan serius terkait distribusi logistik. Beberapa TPS dilaporkan kekurangan surat suara, sementara TPS lain justru kelebihan.
“Terdapat TPS di Wonocolo yang kekurangan hingga 300 surat suara. Di sisi lain, ada TPS yang kelebihan hingga 100 hingga 300 surat suara,” ungkap Teguh Suasono Widodo, Koordinator Divisi SDM Bawaslu Surabaya.
Menurut Teguh, masalah ini disebabkan oleh kesalahan teknis dari vendor yang bertugas melakukan sortir dan lipat surat suara.
“Keterlibatan PPK dan Panwascam sangat minim dalam proses distribusi logistik, sehingga pengawasan terhadap vendor tidak maksimal,” tambahnya.
Ketua KPU Surabaya, Soeprayitno, menegaskan bahwa kekurangan surat suara di beberapa TPS tidak menghambat jalannya pemungutan suara. Sesuai mekanisme, TPS dengan kelebihan logistik membantu TPS yang kekurangan.
“Semua sudah diatur regulasi KPU RI. Pemungutan suara tetap berlangsung sesuai jadwal, meskipun terjadi kekurangan logistik,” katanya.
Dugaan surat suara tercoblos ini akan menjadi bahan penyelidikan lebih lanjut oleh Bawaslu Surabaya. Selain itu, distribusi logistik yang bermasalah juga menjadi perhatian utama untuk dievaluasi agar tidak terjadi kembali pada pemilu mendatang.
“Kami akan mendalami temuan ini, terutama untuk memastikan integritas proses pemilu tetap terjaga,” pungkas Teguh. [asg/beq]
