Jakarta –
Anggur muscat yang beredar di Indonesia dinyatakan aman dan bebas dari residu senyawa kimia berbahaya. Uji sampling dilakukan di sejumlah provinsi kota besar, juga Jabodetabek. Sekitar 90 persen dari hasil uji, ditemukan tidak mengandung pestisida, sementara 10 persen dari sampel lain memiliki residu dalam ambang batas aman.
Hasil tersebut menandakan masyarakat Indonesia kini tidak perlu khawatir mengonsumsi anggur muscat, dengan catatan kehati-hatian memastikan sumber produk dan mencucinya dengan air mengalir sebelum disantap. Plh. Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Yusra Egayanti bicara mengapa temuan di Thailand dengan Indonesia relatif berbeda.
Selain karena kemungkinan perbedaan produk, Egayanti mengaku di sejumlah negara terdapat perbedaan batas residu aman dalam buah segar.
“Kami sampaikan bahwa perbedaan batas maksimal residu (BMR) itu lazim terjadi di antar negara. Namun, kemudian ada upaya harmonisasi residu yang dilakukan oleh regulator negara-negara, baik di Asia maupun di global melalui standar Codex Alimentarius Commision (CAC),” terang dia dalam konferensi pers Senin (4/11/2024).
Penetapan BMR disebutnya berbeda dilatarbelakangi tingkat konsumsi. Bila tingkat konsumsi tinggi, jumlah paparannya akan mendekati standar yang ditolerir saat masuk tubuh atau acceptable daily intake.
“Jadi, setiap negara bisa saja mempunyai BMR yang berbeda. Salah satu kasus yang terjadi di Thailand itu adalah akibat perbedaan regulasi tadi, bukan berarti positif residu tersebut adalah merupakan bahaya, belum tentu,” lanjut Yusra.
“Karena bisa jadi, tidak diatur, bisa saja mungkin dari teman-teman Kementan, ada pestisida yang digunakan, ada yang tidak digunakan, maka perbedaan regulasi itu relatif terjadi di produk pangan,” sambung dia.
(naf/kna)