Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Banyak Warga Gaza Diprediksi Akan Tewas dalam 3 Hari sebelum Gencatan Senjata, Pakar: Sangat Berat – Halaman all

Banyak Warga Gaza Diprediksi Akan Tewas dalam 3 Hari sebelum Gencatan Senjata, Pakar: Sangat Berat – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Di tengah sambutan baik terhadap kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas, seorang pakar keamanan menyampaikan prediksi suram tentang nasib warga Palestina di Jalur Gaza.

Andreas Krieg, nama pakar itu, hari-hari menjelang pemberlakukan gencatan senjata, yakni Minggu besok, akan menjadi sangat berat bagi warga Gaza.

Dia mengatakan besar kemungkinan Israel akan memanfaatkan hari-hari sebelum gencatan untuk kembali mengobarkan perang dan mencari keuntungan sebanyak mungkin.

“Tiga hari mendatang akan sangat berat bagi rakyat Gaza, banyak orang akan tewas, dan sayangnya hal itu juga menunjukkan bahwa perang itu sendiri belum selesai,” kata Krieg yang menjadi pengajar Sekolah Kajian Keamanan di King’s College, London, kepada Al Jazeera.

“Gagasan mengenai adanya perjanjian bertahap mulai dari kesepakatan sander hingga lainnya yang lebih berkelanjutan mungkin adalah ide bagus, masalahnya adalah kita sudah melihat tahap satu pada bulan November 2024 dan itu kolaps,” katanya.

Mirip dengan Krieg, eks diplomat AS bernama Adam Clements mengatakan ada kemungkinan besar bahwa serangan yang dilakukan baik oleh pasukan Israel maupun pejuang Palestina akan tetap berlanjut menjelang pemberlakukan gencatan.

Clements juga mengaku “sangat berhati-hati” perihal kemampuan kedua belah pihak untuk menerapkan tahapan-tahapan gencatan senjata yang rumit.

“Ini baru satu langkah. Masih ada banyak langkah selain ini,” katanya.

Langkah-langkah itu misalnya pemulihan kembali lembaga pemerintahan di Gaza, pemulihan jaringan listrik dan sistem pendidikan, dan pembangunan kembali tanah Palestina itu.

Perempuan lanjut usia di wilayah Gaza Utara duduk di antara lingkungan yang hancur karena serangan dan Israel. (Haaretz)

Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan terus menyerang Gaza beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata.

Jet-jet perang Israel menyerang rumah sakit, tempat perlindungan, dan bangunan perumahan dengan serangan udara secara langsung.

“Bahkan ketika kami meliput, pengeboman terus berlangsung tanpa jeda,” kata Anas al- Sharif, wartawan Al Jazeera di Kota Gaza.

Sharif mengatakan ada suasana riang gembira di Kota Gaza ketika kabar gencatan senjata diketahui warga di Sana. Namun, suasana itu dihancurkan oleh serangan Israel.

“Sebelumnya, kami melihat suasana riang bahagia di anatra para warga yang menghadapi perang ini selama satu setengah tahun, 467 hari penderitaan,” ujarnya.

Gencatan senjata disebut sudah terlambat

Amnesty Internasional mengatakan gencatan senjata memang memberikan secercah harapan bagi warga Gaza. Namun, gencatan itu “sudah sangat terlambat”.

Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional menyinggung kegagalan masyarakat internasional untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya dan mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Bagi warga Palestina yang sudah banyak menderita kehilangan, ada sedikit hal untuk dirayakan meskipun tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan keadilan dan ganti rugi atas kejahatan mengerikan yang sudah mereka alami,” kata Callamard.

Dia mengklaim baik warga Palestina maupun Israel tidak akan bisa memulai masa depan cerah yang berdasarkan kesamaan hak dan keadilan jika akan penyebab konflik tidak ditangani.

“Israel harus menghancurkan sistem apartheid brutal yang dipaksakan untuk mendominasi dan memindas warga Palestina dan mengakhir pendudukan ilegal di wilayah Palestina yang diduduki,” katanya.

Orang-orang memeriksa lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah di Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza, pada 7 Januari 2025, di tengah perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. (AFP/BASHAR TALEB)

Hamas: Tentara Israel bertekut lutut

Izzat al-Risheq, anggota Biro Politik Hamas, mengatakan gencatan senjata itu memenuhi semua syarat yang diminta Hamas.

Syarat itu di antaranya penarikan mundur pasukan Israel sepenuhnya dari Gaza, pengembalian warga Gaza ke rumah masing-masing, dan mengakhiri perang di Gaza secara permanen.

“Pasukan pendudukan dibuat bertekuk lutut,” kata al-Risheq dalam pernyataannya.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berbicara kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan suksesornya, Donald Trump, perihal gencatan itu.

Kepada keduanya, Netanyahu berterima kasih karena telah membantu “mempercepat” kesepakatan gencatan dan upaya pembebasan warga Israel yang masih disandera Hamas di Gaza.

Kantor Netanyahu mengatakan orang nomor satu di Israel itu berkomitmen untuk memulangkan para sandera dengan cara apa pun.

(*)