Jakarta –
Dunia logistik Indonesia akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak terjadi kasus kecelakaan yang dipicu human error alias kesalahan pengemudi. Menurut pengamat, saat ini pemerintah masih dianggap abai terhadap kesehatan pengemudi kendaraan niaga.
Seperti diungkapkan Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno, setidaknya ada empat hal yang menjadi akar masalah di dunia angkutan logistik di Indonesia.
“Yakni tak ada kesejahteraan pengemudi angkutan barang, pengemudi kesulitan mendapatkan BBM di luar Jawa, dan masih marak praktek pungutan liar cukup memberatkan beban keuangan pengemudi truk,” kata Djoko dalam keterangan resminya.
“Tak hanya itu, juga ada sejumlah setoran ke oknum aparat penegak hukum yang cukup memberatkan pengusaha angkutan barang. Ini berimbas pada besaran yang diterima pengemudi truk dan mereka harus mengangkut muatan lebih untuk menutup biaya operasional,” sambung Djoko.
Djoko pun menambahkan, selama ini pemerintah tak pernah bisa memperbaiki sistem angkutan barang dan angkutan umum antar kota, sehingga risiko kelelahan pengemudi sangat besar.
“Mereka bekerja tanpa dilindungi regulasi yang memadai, tanpa adanya pembinaan dan pengawasan dari pemerintah terkait waktu kerja, waktu istirahat, tempat istirahat dan waktu libur,” bilang Djoko.
“Mereka bisa mengalami micro sleep kapan saja. Jika pemerintah menghendaki terwujudnya Indonesia Emas 2045, mulailah menuntaskan akar masalah itu sejak dini, hingga lima tahun mendatang,” tambah Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat itu.
Sebagai contoh, ada beberapa kasus kecelakaan truk akibat pengemudi kelelahan. Antara lain, kecelakaan truk terguling di Tambun Selatan pada Kamis (31/10) pukul 04.10 WIB dan terbaru kecelakaan truk boks menabrak truk galon di Bogor pada Jumat (1/11) yang terjadi lantaran pengemudi mengantuk.
Sebelumnya di Tangerang juga terjadi insiden truk kontainer ugal-ugalan yang ‘menghajar’ setiap kendaraan di depannya. Peristiwa yang terjadi Kamis (31/10) pagi tersebut mengakibatkan enam orang korban luka-luka, serta sepuluh mobil dan enam motor mengalami kerusakan akibat ditabrak maupun diserempet.
Setelah air urinnya diperiksa, sopir truk kontainer ugal-ugalan tersebut diketahui positif mengonsumsi obat-obatan terlarang jenis sabu. Diduga dia mengonsumsi obat haram tersebut buat menghilangkan rasa ngantuk. Padahal obat-obatan itu lebih berbahaya dari rasa ngantuk.
(lua/riar)