Dia menolak menjelaskan soal kegagalan yang dimaksudnya, dan mengatakan bahwa pelajaran harus diambil ketika konflik sudah mereda.
Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengakui bahwa militer berutang penjelasan kepada publik. Namun menurutnya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan. “Pertama, kita bertempur, lalu kita menyelidiki,” cetusnya.
Beberapa pihak lainnya mengatakan terlalu dini untuk menyalahkan intelijen semata atas serangan Hamas yang terjadi, dengan sejumlah faktor dinilai turut berkontribusi. Mulai dari pengalihan sumber daya militer Israel dari Gaza ke Tepi Barat karena adanya gelombang kekerasan hingga kekacauan politik akibat langkah pemerintah Netanyahu merombak sistem peradilan disebut berkontribusi dalam mengikis kohesi kekuatan militer Israel.
Namun demikian, kurangnya pengetahuan secara dini soal rencana serangan Hamas kemungkinan besar akan tetap dianggap sebagai penyebab utama dari serangkaian peristiwa yang memicu serangan paling mematikan terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir.
Bagaimana Bisa Serangan Hamas Tak Terdeteksi Intelijen Israel?
Selama ini, Israel mengklaim mengetahui secara pasti lokasi pemimpin Hamas dan tampaknya membuktikannya melalui pembunuhan beberapa pemimpin militan radikal itu dalam sejumlah serangan, terkadang saat mereka sedang tidur di kamar mereka. Israel juga mengetahui di mana tepatnya harus menyerang terowongan bawah tanah yang digunakan Hamas untuk memindahkan para petempur dan persenjataan mereka.
Tapi kali ini, serangan ganas yang kemungkinan membutuhkan perencanaan selama berbulan-bulan dan pelatihan yang cermat, serta melibatkan koordinasi di antara berbagai kelompok militan, tampaknya tidak terdeteksi oleh radar intelijen Israel.
“Pihak lain belajar menghadapi dominasi teknologi kita dan mereka berhenti menggunakan teknologi yang bisa mengungkapkannya. Mereka kembali ke Zaman Batu,” sebut Avivi yang sebelumnya bertugas menyalurkan materi intelijen di bawah mantan kepala staf militer Israel.
Avivi mengatakan bahwa kegagalan itu lebih dari sekadar pengumpulan intelijen dan badan keamanan Israel gagal memberikan gambaran akurat dari informasi intelijen yang mereka terima, berdasarkan apa yang menurutnya merupakan kesalahpahaman seputar rencana Hamas.
Pemerintah Israel Dinilai Remehkan Ancaman dari Gaza
Negara-negara sekutu yang berbagi informasi intelijen dengan Israel menyebut badan-badan keamanan Tel Aviv telah salah membaca realitas. Seorang pejabat intelijen Mesir mengungkapkan bahwa Kairo, yang sering menjadi mediator antara Israel dan Hamas, berulang kali berbicara dengan Tel Aviv soal ‘sesuatu yang besar’, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pejabat intelijen Mesir, yang enggan disebut namanya ini, menyebut bahwa para pejabat Israel lebih fokus pada Tepi Barat dan meremehkan ancaman dari Gaza.
Pemerintah Netanyahu yang terdiri atas pendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat diketahui menuntut tindakan keamanan yang keras terhadap gelombang kekerasan yang meningkat selama 18 bulan terakhir.
“Kami telah memperingatkan mereka bahwa ledakan situasi akan terjadi, dan akan segera terjadi, dan itu akan menjadi besar. Tapi mereka meremehkan peringatan tersebut,” ungkap pejabat intelijen Mesir itu.
(nvc/ita)