Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Awas! Mendengkur Bisa Picu Masalah Jantung, Ini Penjelasan Medisnya

Awas! Mendengkur Bisa Picu Masalah Jantung, Ini Penjelasan Medisnya

Jakarta

Mendengkur sering dianggap sebagai gangguan tidur yang umum dan tidak berbahaya. Namun, mendengkur juga dapat menjadi tanda dari kondisi medis serius.

Gangguan ini tidak hanya memengaruhi kualitas tidur tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan jantung, termasuk risiko gagal jantung.

Dikutip dari Healthline, mendengkur bukan sekadar gangguan berisik. Kondisi ini bisa menjadi tanda sleep apnea, yakni kondisi yang memicu henti napas saat tidur, meskipun tidak semua yang mendengkur mengalami gangguan ini.

Bagi pengidap sleep apnea, mendengkur dapat meningkatkan risiko kondisi serius seperti gagal jantung.

Gagal jantung, atau yang dikenal sebagai gagal jantung kongestif, merupakan kondisi kronis dan progresif yang memerlukan penanganan medis. Kondisi ini berkembang ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Salah satu faktor risiko gagal jantung adalah sleep apnea, gangguan yang menyebabkan pernapasan terhenti secara berulang selama tidur.

Ada dua jenis utama apnea tidur:

1. Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Jenis ini paling umum dan dapat menyebabkan gagal jantung, hipertensi, aritmia, serta stroke.

2. Central Sleep Apnea (CSA)

Lebih jarang terjadi, kondisi ini terjadi ketika otak gagal mengirimkan sinyal ke otot pernapasan, meskipun mendengkur kurang terkait dengan CSA.

Tidak semua kasus mendengkur berhubungan dengan risiko gagal jantung. Namun, mendengkur yang kronis dan keras bisa menjadi indikasi sleep apnea. Karena sleep apnea memiliki kaitan erat dengan gagal jantung dan komplikasi serius lainnya, penting untuk mengenali penyebab mendengkur agar dapat ditangani dengan tepat.

Obstructive sleep apnea (OSA) menyebabkan gangguan napas yang berlangsung hingga 20-30 kali per jam selama tidur. Kondisi ini menurunkan kadar oksigen dalam darah, sehingga otak memicu tubuh untuk terbangun dan menarik napas dalam-dalam.

Meskipun pengidap mungkin tidak menyadari hal ini, peristiwa tersebut bisa terjadi ratusan kali semalam.

Lonjakan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin selama gangguan tidur dapat meningkatkan risiko gagal jantung, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung. Selain itu, sentakan konstan saat bangun tidur memberi tekanan tambahan pada sistem kardiovaskular.

Kurangnya tidur regeneratif juga berdampak buruk pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk fungsi jantung.

(up/up)