AS Tuding China Distorsi Pasar Chip, Tetap Tunda Tarif Tambahan hingga 2027

AS Tuding China Distorsi Pasar Chip, Tetap Tunda Tarif Tambahan hingga 2027

Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat (AS) menuduh China melakukan praktik perdagangan tidak adil di sektor semikonduktor. Meski demikian, AS memutuskan untuk menunda pengenaan tarif tambahan atas impor chip setidaknya hingga pertengahan 2027.

Melansir Bloomberg pada Rabu (24/12/2025), Kantor Perwakilan Dagang AS atau Office of the US Trade Representative (USTR) merilis hasil penyelidikan hampir satu tahun terhadap sektor chip China. 

USTR menyimpulkan China telah menerapkan kebijakan nonpasar yang semakin agresif dan luas untuk memperkuat industri semikonduktornya, sekaligus menciptakan ketergantungan global terhadap produk China dengan cara yang merugikan perdagangan AS.

Meski belum mengumumkan tarif baru dalam waktu dekat, pemerintah AS membuka peluang penerapan bea masuk di masa mendatang. USTR menyatakan tarif awal akan tetap nol selama 18 bulan, sebelum dinaikkan pada 23 Juni 2027 ke tingkat yang akan diumumkan setidaknya 30 hari sebelumnya.

“Upaya China menargetkan dominasi industri semikonduktor merupakan tindakan yang tidak masuk akal serta membebani atau membatasi perdagangan AS, sehingga dapat ditindaklanjuti,” tulis USTR dalam sebuah pemberitahuan.

Adapun, Kedutaan Besar China di Washington DC belum memberikan tanggapan terkait pengumuman USTR tersebut

Adapun, pengumuman USTR berfokus pada chip dasar atau foundational chips—juga dikenal sebagai chip generasi lama atau mature-node—yang diproduksi di China. 

Meski tidak secanggih chip untuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), teknologi lama ini digunakan secara luas di berbagai sektor, termasuk otomotif, penerbangan, perangkat medis, dan telekomunikasi.

Produk yang berpotensi dikenai tarif baru mencakup dioda, transistor, silikon mentah, sirkuit terintegrasi elektronik, serta berbagai komponen input lainnya. Namun, kebijakan tersebut untuk saat ini tidak akan berlaku pada produk jadi, seperti komputer dan ponsel pintar, yang menggunakan chip buatan China.

“Perwakilan Dagang AS akan terus memantau efektivitas kebijakan ini, perkembangan penyelesaian isu terkait, serta kebutuhan akan langkah tambahan,” tulis USTR.

Penyelidikan tersebut diluncurkan pada pekan-pekan terakhir masa pemerintahan Presiden Joe Biden, dengan ekspektasi penyelesaiannya akan ditangani di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Dalam periode tersebut, Trump mencapai kesepakatan gencatan senjata perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perang dagang yang sebelumnya mengguncang pasar global.

Hubungan China-AS

Keputusan menunda pengenaan tarif baru ini menjadi sinyal terbaru bahwa pemerintahan Trump berupaya menstabilkan hubungan dengan China dan mengokohkan kesepakatan yang dicapai Trump dan Xi pada Oktober lalu di Korea Selatan. 

Dalam kesepakatan tersebut, kedua negara sepakat menahan lonjakan tarif ekstrem serta melonggarkan pembatasan ekspor teknologi dan mineral kritis.

Secara hukum, USTR wajib mempublikasikan hasil penyelidikan Pasal 301 dalam waktu 12 bulan sejak dimulai pada Desember tahun lalu. 

Sebelumnya, pemerintahan Biden memerintahkan kenaikan tarif semikonduktor asal China hingga dua kali lipat menjadi 50% pada akhir 2025 melalui penyelidikan Pasal 301 yang terpisah. Dengan tetap membuka opsi kenaikan tarif lanjutan, Trump menciptakan potensi alat tawar tambahan jika kesepakatan tarif dengan Xi gagal dipertahankan.

Otoritas AS dan Eropa semakin khawatir terhadap dominasi China dalam rantai pasok chip generasi lama.

Kekhawatiran tersebut menjadi inti sengketa antara Belanda dan China terkait Nexperia Holding BV, produsen chip milik China yang memasok komponen penting bagi industri otomotif, dan sempat berupaya disita oleh otoritas Belanda pada Oktober lalu dengan alasan keamanan nasional.