AS: Tentara Korea Utara Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina
TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) di Gedung Putih John Kirby, mengatakan kalau Rusia mengerahkan “gelombang manusia” tentara Korea Utara di Ukraina.
Kirby menyatakan, beberapa di antara tentara Korea Utara itu telah bunuh diri untuk menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.
Bunuh diri yang dilakukan tentara Korea Utara “kemungkinan besar terjadi karena takut akan tindakan balasan terhadap keluarga mereka di Korea Utara jika mereka ditangkap,” kata Kirby, dalam pernyataan yang dikutip NBC News, Jumat (27/12/2024) .
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah pernyataan kemarin bahwa setidaknya 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka di wilayah Kursk Rusia.
Adapuun Kirby mengatakan kalau ada 1.000 tentara Korea Utara yang tewas dalam seminggu terakhir saja.
Perkiraan Amerika Serikat dan sekutunya menyebutkan Korea Utara mengerahkan sekitar 11.000 tentara di Ukraina.
Baik Rusia maupun Korea Utara belum mengonfirmasi pengerahan ini secara terbuka.
“Korea Utara melancarkan serangan massal dengan menggunakan kendaraan tempur terhadap posisi Ukraina di Kursk,” kata Kirby.
Dia menambahkan bahwa “taktik gelombang manusia” ini tidak efektif.
“Tentara Korea Utara ini tampaknya sangat terindoktrinasi, melancarkan serangan bahkan ketika jelas bahwa serangan tersebut sia-sia,” katanya
Dia menambahkan kalau mereka diperlakukan sebagai “orang yang bisa dikorbankan” dengan digunakan dalam “serangan yang sia-sia terhadap pertahanan Ukraina”.
Foto yang tersebar di Telegram memperlihatkan seorang tentara Korea Utara yang ditangkap oleh tentara Ukraina di wilayah Kursk, Rusia pada Kamis (26/12/2024). Badan Intelijen Korea Selatan mengonfirmasi kabar tersebut dari intelijen Ukraina. (Yonhap News)
Satu Tentara Korea Utara Tertangkap Tapi Tewas Karena Luka-luka
Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) melaporkan bahwa seorang tentara Korea Utara telah tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.
Tentara tersebut merupakan prajurit Korea Utara pertama yang ditangkap sejak pengiriman pasukan untuk mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.
Menurut laporan NIS, tentara yang terluka itu ditangkap hidup-hidup dan mengalami luka serius yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Bagaimana Kronologi Penangkapan dan Kematian Tentara tersebut?
Pada tanggal 27 Desember 2024, NIS mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina berhasil menangkap tentara Korea Utara yang terluka.
Penangkapan ini terjadi di wilayah Kursk, Rusia, di mana beberapa tentara Korea Utara diketahui telah dikerahkan.
NIS menyebutkan bahwa foto dan video tentara tersebut, yang menunjukkan kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan terluka, mulai beredar di aplikasi pesan Telegram.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidatonya pada malam yang sama, menjelaskan bahwa pasukan Korea Utara yang terlibat di Kursk mengalami kerugian besar dan tidak mendapat perlindungan yang memadai dari pasukan Rusia.
Dia menegaskan bahwa pasukan Rusia berupaya keras untuk mencegah penangkapan tentara Korea Utara oleh Ukraina, tetapi beberapa di antaranya telah terluka parah hingga tidak dapat diselamatkan.
Berapa Banyak Tentara Korea Utara yang Terlibat dalam Konflik Ini?
Sejak beberapa bulan lalu, sekitar 11.000 tentara dari Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia setelah adanya perjanjian pertahanan antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin.
Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Namun, NIS mengungkapkan bahwa prajurit Korea Utara, yang terlatih kurang baik dan beroperasi di wilayah yang tidak familiar, dengan cepat terpapar pada risiko yang tinggi.
Apa Dampak dari Penangkapan Ini terhadap Konflik?
Badan intelijen militer Ukraina (GUR) melaporkan bahwa tentara Korea Utara menghadapi kerugian besar dalam pertempuran di Kursk, termasuk masalah logistik yang serius, seperti kekurangan air minum.
Pada minggu yang sama, Zelensky menyebutkan bahwa lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka.
Juru bicara Gedung Putih juga mencatat bahwa sekitar 1.000 tentara Korea Utara mengalami kematian atau cedera dalam waktu seminggu.
Siapa yang Menjadi Korban dalam Perang Ini?
John Kirby, seorang juru bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa pemimpin militer Rusia dan Korea Utara memperlakukan pasukan ini sebagai pasukan yang bisa dikorbankan.
Ia menggambarkan serangan pasukan Korea Utara sebagai serangan massal tanpa strategi yang jelas dan menyatakan bahwa Presiden AS Joe Biden kemungkinan akan menyetujui paket bantuan keamanan tambahan untuk Ukraina dalam waktu dekat.
Apa Selanjutnya bagi Ukraina dan Rusia?
Pengerahan tentara Korea Utara mencerminkan peningkatan serius dalam dinamika perang.
Rusia kini terlihat lebih agresif, dengan upaya untuk melibatkan sekutunya secara langsung dalam konflik.
Di sisi lain, Slovakia telah mengonfirmasi akan menjadi tuan rumah perundingan damai antara Moskow dan Kyiv, meskipun Ukraina khawatir bahwa hasilnya akan menguntungkan Rusia, mengingat situasi yang tidak menguntungkan bagi mereka di medan perang.
Dengan berlanjutnya konflik dan meningkatnya keterlibatan Korea Utara, prospek perdamaian tampaknya masih jauh dari jangkauan, dan kondisi di lapangan terus mengalami perubahan dramatis.
Rudal Oreshnik Bergantung Suku Cadang Barat
Terkait perkembangan situasi perang Rusia-Ukraina, rudal balistik Oreshnik, yang pertama kali diluncurkan Rusia terhadap Ukraina pada November 2024 lalu, ternyata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Rusia yang masih bergantung pada peralatan canggih dari Barat.
Temuan ini berdasarkan analisis dari Financial Times, yang dilaporkan oleh Ukrinform.
Dua lembaga rekayasa senjata terkemuka Rusia, yaitu Institut Teknologi Termal Moskow dan Sozvezdiye Concern, diidentifikasi oleh intelijen Ukraina sebagai pengembang rudal Oreshnik.
Kedua lembaga tersebut merekrut karyawan yang berpengalaman dalam menggunakan sistem pengerjaan logam dari produsen asal Jerman dan Jepang.
Hal ini menyoroti ketergantungan Kremlin pada sumber daya asing, khususnya di bidang kontrol numerik komputer (CNC), teknologi penting untuk memproduksi Oreshnik.
Institut Teknologi Termal Moskow, yang memainkan peran penting dalam mengembangkan rudal balistik berbahan bakar padat Rusia, mengumumkan pada tahun 2024 bahwa mereka menggunakan sistem CNC dari Fanuc, Siemens, dan Heidenhain.
Fanuc berasal dari Jepang, sementara Siemens dan Heidenhain berasal dari Jerman.
Ketiga perusahaan tersebut adalah pemimpin dalam teknologi CNC presisi tinggi.
Ketiga perusahaan ini disebutkan dalam iklan Sozvezdie, yang mencantumkan sistem kontrol otomatis dan sistem komunikasi untuk penggunaan militer sebagai salah satu spesialisasinya.
Rudal Oreshnik (newsinfo.ru)
Rudal yang Dibanggakan Putin
Pada 21 November 2024, rudal Rusia menyerang fasilitas militer Ukraina di kota Dnipro.
Setelah serangan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin tampil di TV, membanggakan serangan yang dilancarkan oleh rudal hipersonik barunya.
Putin memperingatkan Barat bahwa penggunaan rudal berikutnya bisa ditujukan terhadap sekutu Ukraina yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.
Putin mengatakan rudal itu disebut “Oreshnik,” yang dalam bahasa Rusia berarti “pohon hazelnut.”
Apa yang Diketahui tentang Oreshnik?
Mengutip AP News, senyum puas terpancar di wajah Putin saat ia menggambarkan bagaimana Oreshnik melesat ke sasarannya dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, atau Mach 10, “seperti meteorit.”
Putin mengklaim bahwa rudal tersebut kebal terhadap sistem pertahanan rudal apa pun.
Pejabat militer Ukraina mengatakan rudal itu mencapai Mach 11.
Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, mengatakan Oreshnik dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan memiliki jangkauan untuk mencapai target di Eropa.
Pentagon mengatakan Oreshnik adalah jenis rudal balistik jarak menengah eksperimental (IRBM), yang didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh Rusia.
Serangan pada bulan November menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.
Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer.
Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang dibatalkan oleh Washington dan Moskow pada 2019.
Direktorat Intelijen Utama Ukraina mengatakan rudal tersebut memiliki enam hulu ledak, yang masing-masing membawa enam submunisi.
Muatannya berupa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen, seperti sekelompok hazelnut yang tumbuh di pohon, yang menjadi inspirasi untuk nama rudal tersebut.
Putin mengklaim senjata itu sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu — bahkan yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional — bisa sama dahsyatnya dengan serangan nuklir.
“Oreshnik mampu menghancurkan bunker bawah tanah tiga, empat, atau lebih lantai di bawah tanah,” kata Putin dengan bangga, sambil mengancam akan menggunakannya terhadap distrik pemerintahan di Kiev.