Namun Galvez menuturkan kepada wartawan setempat pada Senin (8/5) waktu setempat bahwa tidak ada diskusi resmi soal patroli gabungan kedua negara.
Hubungan antara AS dan Filipina mengalami kebangkitan kembali di bawah pemerintahan penerus Duterte, Presiden Ferdinand Marcos Jr, yang pekan lalu berkunjung selama empat hari ke Washington dan bertemu langsung dengan Presiden Joe Biden.
Selama Marcos Jr berkunjung, Pentagon menerbitkan pedoman yang membeberkan sejauh mana komitmen perjanjian pertahanan AS untuk Filipina, yang secara khusus merujuk pada serangan di Laut China Selatan, termasuk terhadap personel penjaga pantai.
Ketika ditanya soal waktu dimulainya kembali patroli gabungan, juru bicara Kedutaan Besar AS di Manila, Kanishka Gangopadhyay. menjawab: “Pembicaraan kami soal aktivitas maritim gabungan dengan Filipina terus berlanjut, dan para perencana militer kami bekerja keras untuk isu-isu spesifik seperti logistik.”
Australia, sebut Romualdez, juga bisa berpartisipasi dalam aktivitas maritim gabungan itu.
China mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan, yang menjadi jalur pengiriman perdagangan dunia senilai lebih dari US$ 3 triliun setiap tahunnya. Vietnam, Malaysia, Brunei, Taiwan dan Fiipina sama-sama mengklaim perairan strategis itu.
(nvc/ita)