Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Ketua DPRD Surabaya, Arif Fathoni, memandang media sosial sebagai jembatan akuntabilitas politik antara wakil rakyat dan masyarakat. Dia menggunakan ruang digital untuk membangun komunikasi dua arah yang jujur, terbuka, dan mendidik.
“Saya ingin menjadikan media sosial yang saya miliki sebagai jembatan akuntabilitas kinerja kepada masyarakat Surabaya,” Arif Fathoni, Minggu (12/10/2025).
Politisi Partai Golkar ini menyebut, setiap suara rakyat yang dititipkan kepada dirinya dan partainya harus dipertanggungjawabkan melalui kerja politik yang riil. Menurut dia, tanggung jawab itu diwujudkan lewat fungsi pengawasan, penganggaran, dan legislasi.
“Setiap suara yang dititipkan kepada saya dan Partai Golkar harus bisa kami pertanggungjawabkan melalui kerja politik di pemerintahan, baik lewat fungsi pengawasan, anggaran, maupun legislasi,” sambungnya.
Mas Toni, sapaan akrabnya, menilai media sosial dan media massa sama pentingnya dalam menjembatani komunikasi publik. Keduanya dapat menjadi sarana masyarakat mengetahui kinerja wakilnya di parlemen secara langsung.
“Media sosial juga bisa menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dengan pelayan rakyatnya. Di sana kita bisa berdialog, berdebat, sekaligus belajar bersama,” lanjut mantan jurnalis ini.
Dia juga mengaku senang menjawab langsung pesan, kritik, bahkan cacian yang datang melalui akun pribadinya. Baginya, kritik dan pujian memiliki makna yang sama sebagai bentuk umpan balik dari masyarakat.
“Saya termasuk pribadi yang senang menjawab langsung baik cacian maupun pujian. Karena bagi politisi, keduanya punya nilai yang sama yakni umpan balik dari masyarakat,” ujar Toni.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni saat menjadi pembicara dalam kuliah tamu di Universitas Bhayangkara Surabaya, Selasa (16/9/2025).
Bagi Mas Toni, komunikasi yang humanis di media sosial adalah bagian dari pendidikan politik digital yang sehat. Dia berharap politisi bisa ikut menjaga ruang digital agar tetap menjadi tempat dialog, bukan arena pertengkaran dan kebencian.
“Kita semua punya tanggung jawab moral untuk memberikan pendidikan politik melalui interaksi dua arah. Jangan biarkan media sosial menjadi jembatan disharmonisasi antar elemen bangsa,” tegasnya.
Melalui konsistensinya menjawab komentar, berbagi refleksi hidup, hingga merespons isu sosial dengan nada santun, Mas Toni berupaya menghadirkan wajah politik yang hangat dan manusiawi di dunia digital.
“Semoga ini bisa menginspirasi politisi lain untuk tidak hanya hadir di media sosial, tetapi juga benar-benar hadir bagi rakyatnya,” pungkas dia.[asg/aje]
