Jakarta, Beritasatu.com – Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan dengan penuh kesunyian dan perenungan. Berbeda dengan perayaan tahun baru lainnya yang penuh dengan kemeriahan, hari raya Nyepi justru dijalani dalam keheningan sebagai bentuk introspeksi diri dan penyucian jiwa.
Pada hari ini, umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan utama yang harus ditaati selama 24 jam penuh, dari pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya.
Catur Brata Penyepian
1. Amati geni
Tidak menyalakan api sepanjang hari dan malam, termasuk tidak memasak dan tidak menggunakan lampu penerangan. Menjalani puasa tanpa mengonsumsi makanan dan minuman sebagai bentuk pengendalian diri dan penyucian raga. Amati geni melambangkan pengendalian hawa nafsu dan simbol pemurnian diri dari keinginan duniawi.
2. Amati karya
Tidak melakukan aktivitas fisik atau bekerja sebagai bentuk latihan spiritual. Fokus pada tapa, brata, yoga, dan semadi, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini bertujuan melatih diri agar lebih sadar akan makna hidup dan mengurangi keterikatan pada kesibukan duniawi.
3. Amati lelungan
Tidak bepergian atau meninggalkan rumah. Menghindari segala bentuk hiburan, seperti menonton televisi atau melakukan aktivitas menyenangkan lainnya. Amati lelungan memberikan kesempatan untuk fokus pada perenungan diri dan ketenangan batin.
4. Amati lelanguan
Tidak mencari hiburan atau kesenangan diri, seperti mendengarkan musik, bermain gim, atau bersosialisasi. Umat Hindu juga harus menghindari perilaku yang dapat mengganggu kekhusyukan Nyepi. Amati lelanguan bertujuan melatih diri untuk lebih fokus pada spiritualitas dan introspeksi diri.
Bolehkah Berbicara Saat Nyepi?
Secara umum, berbicara tidak termasuk dalam larangan utama dalam Catur Brata Penyepian. Namun, karena Nyepi adalah momen untuk introspeksi dan menenangkan diri, sebagian besar umat Hindu memilih untuk berdiam diri atau berbicara seminimal mungkin.
Hal ini bertujuan untuk menjaga ketenangan batin dan menciptakan suasana yang lebih khidmat dalam menjalankan ibadah. Dalam beberapa keluarga atau komunitas Hindu yang menjalankan Nyepi dengan lebih disiplin, berbicara juga dapat dihindari sebagai bagian dari refleksi diri dan perenungan spiritual.
Namun, dalam keadaan tertentu, seperti keadaan darurat atau kebutuhan mendesak, berbicara tetap diperbolehkan selama tidak mengganggu suasana hening dan kekhusyukan Nyepi.
Nyepi bukan sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk mengistirahatkan jiwa dan raga dari hiruk-pikuk dunia. Dengan menjalani Nyepi penuh kesadaran, kita dapat memasuki tahun yang baru dengan pikiran yang lebih jernih, hati yang lebih damai, dan semangat yang lebih baik.