Jakarta –
Banyak masyarakat yang mulai tertarik dengan mobil listrik dan mobil hybrid. Kedua mobil tersebut diklaim lebih irit dan ramah lingkungan.
Salah satu kesamaan antara mobil listrik dan mobil hybrid adalah memiliki baterai dan penggerak motor listrik. Namun, fungsi baterai pada mobil listrik ternyata sangat berbeda dengan mobil hybrid.
Lantas, apa yang membedakan antara baterai mobil listrik dengan mobil hybrid? Simak pembahasannya dalam artikel ini.
Perbedaan Baterai Mobil Listrik dengan Mobil Hybrid
Sebagian orang mungkin mengira jika baterai pada mobil listrik dan mobil hybrid adalah sama. Meski sama-sama baterai, tapi dari segi fungsi dan ukurannya tentu sudah berbeda.
Sedikit informasi, mobil listrik atau electric vehicle (EV) adalah kendaraan yang murni mengandalkan energi listrik sebagai sumber tenaganya. Jadi, mobil listrik sama sekali tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) seperti mobil konvensional.
Lain halnya dengan mobil hybrid, kendaraan ini memadukan dua sumber energi sekaligus untuk menggerakan roda, yakni bensin dan motor listrik. Maka dari itu, baterai mobil hybrid lebih kecil daripada mobil listrik karena fungsinya tidak sekrusial EV.
Agar lebih jelas, berikut perbedaan antara baterai mobil listrik dengan mobil hybrid:
1. Pengisian Daya
Saat baterai mobil listrik sudah habis, maka harus dilakukan pengisian daya (charging) melalui Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU. Jika baterai sudah habis, maka mobil listrik tidak bisa dijalankan.
Sebaliknya, baterai pada mobil hybrid tidak perlu diisi ulang lewat SPKLU. Sebab, baterai dapat mengisi ulang daya listriknya saat mobil sedang digunakan.
2. Cara Kerja
Dilansir Auto 2000, baterai mobil listrik bekerja dengan cara mengalirkan listrik ke bagian motor untuk bisa menghasilkan tenaga. Dengan begitu, mobil listrik bisa berjalan ke mana pun yang detikers inginkan.
Sementara itu, mobil hybrid tetap membutuhkan bensin untuk bisa bergerak. Sebab, daya listrik pada baterai mobil hybrid dihasilkan dari pengereman regeneratif serta mesin bensin.
Ketika mobil hybrid mengerem, putaran roda berfungsi sebagai generator yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Nah, energi listrik tersebut kemudian disimpan pada baterai mobil hybrid untuk energi penggerak motor.
3. Lama Usia Baterai
Seiring penggunaan, baterai mobil listrik maupun mobil hybrid bisa mengalami kerusakan, sehingga kinerjanya menjadi kurang optimal. Jika sudah terjadi, maka baterai harus diganti dengan yang baru.
Dilansir situs EV Connect, usia baterai mobil hybrid maupun mobil listrik rata-rata sekitar 10 tahun. Namun, lama usia baterai dapat berbeda tergantung dari penggunaan masing-masing orang.
Apabila kamu sering menggunakan mobil listrik untuk aktivitas sehari-hari, maka usia baterainya bisa lebih pendek. Sebaliknya, baterai dapat lebih awet jika rutin dilakukan perawatan.
4. Biaya Ganti Baterai
Jika sudah waktunya mengganti baterai mobil listrik, maka detikers harus siap-siap merogoh kantong yang dalam. Soalnya, harga baterai mobil listrik lebih mahal daripada mobil hybrid.
Sebagai contoh, harga baterai Hyundai Ioniq 5 tipe standard sekitar Rp 300 jutaan, sedangkan untuk tipe long range berkisar Rp 400 juta. Sementara itu, harga baterai Innova Zenix Hybrid berada di kisaran Rp 40 jutaan saja.
Demikian perbedaan antara baterai mobil listrik dan mobil hybrid. Jadi, tertarik membeli mobil apa detikers?
(ilf/fds)