Apa Dampak Gigitan Nyamuk Wolbachia kepada Manusia?

27 November 2023, 16:39

TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunda pelepasan jentik nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang mengandung wolbachia di Bali menyusul penolakan dari masyarakat setempat. “Sedang kami diskusikan dengan Pemerintah Provinsi Bali untuk menunda terlebih dahulu dan melakukan sosialisasi sampai masyarakat lokal merasa siap,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat, 17 November 2023, dikutip dari Antara. Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengapresiasi daya kritis masyarakat Bali terkait penolakan agenda penyebaran nyamuk wolbachia yang sedianya akan dilakukan di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng mulai November 2023.Dia mengakui tujuan teknologi wolbachia itu baik, karena kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali tinggi, khususnya Kota Denpasar. “Cuma masalahnya, penggunaan bioteknologi wolbachia ini belum ada kajian komprehensif, terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat, apakah nanti DBD mampu berkurang, tapi tidak menimbulkan penyakit lain? Ini penting untuk dijawab,” ucap Dewa. Lantas, apa efek gigitan nyamuk wolbachia? Dampak Gigitan Nyamuk WolbachiaPeneliti riset nyamuk mengandung bakteri Wolbachia pipientis dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, mengatakan tidak ada yang berubah dari nyamuk itu. Sehingga, menurutnya, dampak gigitannya sama saja. 1.    Gatal sepeti gigitan nyamuk biasa“Tidak ada yang berubah dari nyamuknya. Nyamuknya tidak berubah menjadi nyamuk bionik, nyamuk transgenik. Yang terjadi ialah semacam blocking mekanik, sehingga pada akhirnya memang dampak dari gigitan nyamuk ya sama saja,” ucap Riris dalam webinar bertajuk Mengenal Wolbachia dan Fungsinya untuk Mencegah Demam Berdarah yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Senin, 20 November 2023. 2.    Bentol seperti gigitan nyamuk biasaIklan

Masih berbicara dampak gigitan nyamuk wolbachia, peneliti dari UGM Adi Utarini mengungkapkan bahwa efeknya bisa bentol atau tidak, seperti nyamuk lainnya. “Saat menggigit manusia, maka efeknya adalah dampak gigitan nyamuk (bukan karena wolbachia-nya) dan bisa bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Ada yang menimbulkan bentol-bentol dan ada yang tidak,” ujar peneliti yang akrab disapa Uut itu. 3.    Virus dengue dari nyamuk wolbachia tidak berpindah ke manusiaRiris juga menuturkan, bakteri wolbachia dari nyamuk yang dilepasliarkan tidak akan menyebarkan bakteri ke hewan atau manusia. Menurut dia, bakteri tersebut hanya mampu hidup di dalam sel tubuh serangga, sehingga begitu keluar dari sel tubuh inangnya, maka wolbachia akan mati. “Misalnya ludah, ludah bukanlah sel. Jadi, dia (bakteri) tidak akan bisa ditemukan berada di ludah nyamuk. Ada mungkin di sel kelenjar ludahnya, tapi bakteri tidak bisa keluar dari sel, sehingga saat nyamuk menggigit manusia, dia (wolbachia) tidak bisa ditularkan ke manusia atau tempat lain,” kata Riris. Sementara itu, mengenai karakteristik nyamuk demam berdarah dengan nama latin Aedes aegypti yang mengandung wolbachia, Uut menyebut sama dengan nyamuk di alam, termasuk dari sisi ketahanan terhadap insektisida. Dia berpendapat bahwa nyamuk wolbachia memiliki tingkat ketahanan terhadap insektisida yang sama seperti nyamuk di alam. MELYNDA DWI PUSPITA Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi