PIKIRAN RAKYAT – Presiden Prabowo Subianto kembali mencuri perhatian publik lewat celetukannya saat menyinggung harga saham yang anjlok. Dalam Sidang Kabinet di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat 21 Maret 2025, dia melontarkan guyonan yang menyentil sejumlah menterinya yang diduga punya saham.
“Saya lihat yang stres saham turun beberapa orang di antara kalian, Maruarar, Trenggono. Duduk sebelahan lagi itu,” ucapnya, yang langsung disambut gelak tawa para menteri.
Prabowo Subianto juga menambahkan dengan nada bercanda mengenai Menteri-Menteri yang tidak main saham.
“Budiman engga. Karena engga punya saham dia. Amran? Dia engga main saham. Rosan udah botak jadi tidak apa-apa,” ujarnya.
Kelakar ini sontak menjadi sorotan, mengingat kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat anjlok lebih dari 6,12% ke level 6.076 pada Selasa 18 Maret 2025. Penurunan tajam itu bahkan memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham (trading halt) selama 30 menit.
Di Balik Canda Prabowo: Ada Pesan Serius?
Meski terkesan bercanda, celetukan Prabowo Subianto ini menyimpan pesan serius. Dalam sidang tersebut, dia menegaskan bahwa kestabilan harga pangan lebih penting daripada fluktuasi harga saham.
“Pangan adalah hal utama. Harga saham boleh naik turun, tapi pangan aman, negara aman,” katanya.
Prabowo Subianto mengklaim kondisi produksi pangan menjelang Idul Fitri 2025 dalam keadaan stabil. Dia bahkan mengaku memantau langsung harga kebutuhan pokok, termasuk cabai rawit yang sempat naik namun mulai berangsur turun.
“Terima kasih kepada para menteri yang bekerja keras menjaga stabilitas ini,” ucapnya.
Kontroversi Lama, Berulang Kembali
Ini bukan pertama kalinya Prabowo Subianto melontarkan komentar tajam soal pasar saham. Sebelumnya, dalam acara Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Desember 2024, dia sempat mengibaratkan ‘main saham’ layaknya berjudi — terutama bagi investor kecil.
Selain itu, dia pernah mengungkapkan bahwa ia mendapat ancaman IHSG bakal ambruk jika tetap melanjutkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, dia tetap menegaskan bahwa kepentingan rakyat harus lebih diutamakan ketimbang pergerakan pasar modal.
Dampak bagi Investor dan Pasar Saham
Pernyataan Prabowo Subianto, baik yang serius maupun bercanda, memicu beragam respons. Di satu sisi, investor ritel mungkin merasa terhibur. Namun di sisi lain, pasar saham adalah ekosistem yang sensitif, sentimen negatif bisa memperparah anjloknya IHSG.
VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menyebut bahwa IHSG mengalami tekanan anomali, bertolak belakang dengan bursa Asia yang justru menguat. Dia menilai pemerintah perlu meningkatkan kepercayaan investor agar pasar pulih.
“Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan trust investor, baik domestik maupun asing,” ujarnya.
Selain itu, pemangkasan rating saham Indonesia oleh lembaga keuangan global seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs ikut menambah tekanan. Mereka khawatir pelebaran defisit anggaran berpotensi meningkatkan risiko fiskal.
Langkah Pemerintah untuk Menjaga Pasar
Di tengah gejolak ini, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan memastikan bahwa Prabowo Subianto akan bertemu langsung dengan para investor pasar modal.
“Presiden akan bertemu dengan investor market. Kita pantau terus agar ekonomi tetap stabil,” tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga melaporkan bahwa secara fundamental, ekonomi Indonesia masih kuat. Dia menyoroti pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, inflasi terkendali di angka 2,48%, serta sektor industri yang tetap tumbuh positif.
Akankah Pasar Saham Bangkit Lagi?
Meski pasar saham masih bergejolak, para analis optimistis IHSG akan segera rebound. Oktavianus Audi menilai IHSG sudah mendekati area oversold di level 6.000, yang masih menjadi support kuat.
“Kami tetap yakin saham blue chip dengan fundamental kuat, terutama di sektor keuangan, bahan baku, dan konsumsi, akan bertahan dan bangkit kembali,” kata Oktavianus Audi.
Celetukan Prabowo kali ini memang mengundang tawa, tapi juga menyimpan makna mendalam. Di tengah fluktuasi pasar, pemerintah tampaknya harus lebih cermat menyeimbangkan antara menjaga kestabilan ekonomi dan menenangkan para investor.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News