Anak SD Korban Gas Air Mata di Rempang Disebut Trauma & Takut Sekolah

14 September 2023, 15:45

Jakarta, CNN Indonesia — Juru Bicara Masyarakat Adat Tempatan (Keramat), Suardi Mongga mengungkapkan anak-anak yang terkena dampak gas air mata dari aparat saat bentrok dengan warga penolak relokasi di Rempang, Batam, Kepulauan Riau pada 7 September lalu lalu hingga saat ini masih trauma.
Suardi mengatakan anak-anak yang trauma itu kebanyakan masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Bahkan, kata Suardi, beberapa anak takut untuk berangkat sekolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ada 20 sampai 25 [anak yang terkena gas air mata], dari SMP dan SD. Kalau untuk anak SD itu lagi tak berani sekolah. Jadi ada rasa takut, berangkat aja takut,” kata Suardi saat dihubungiCNNIndonesia.com, Kamis (14/9).
Suardi menyampaikan secara mental, anak-anak butuh pemulihan. Menurutnya, momen anak-anak terkena gas air mata itu akan menjadi suatu pengalaman buruk.
“Namanya mental. Untuk memulihkan mental itu butuh waktu lama dan itu saya rasa kan menjadi sejarah yang tidak dapat dilupakan,” ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

Sebelumnya, aparat gabungan TNI, Polri, dan Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP terlibat bentrok dengan warga Rempang, Batam, Kamis (7/9). Belasan anak sekolah terkena gas air mata.
Dilansir dari Antara, bentrok itu terjadi saat proses pengukuran untuk pengembangan kawasan tersebut oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam. Keributan pecah saat petugas gabungan tiba di lokasi.
Keributan dipicu karena warga masih belum setuju dengan pengembangan kawasan tersebut yang merupakan kampung adat masyarakat Melayu. Akibat keributan tersebut, petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena situasi yang tidak kondusif.
Antara melaporkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin. Lokasi anak-anak itu tidak jauh dari titik keributan.
“Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami,” ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib.

Sementara itu, Mabes Polri menyatakan penggunaan gas air mata oleh petugas saat bentrok di Pulau Rempang, Batam, sudah sesuai prosedur. Karo Penmas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menilai tak ada lagi yang perlu dievaluasi.
“Apa yang dievaluasi? Jadi beberapa informasi yang viral itu tidak benar,” kata Ramadhan saat ditanya soal penggunaan gas air mata Rempang dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (8/9).
Senada, Kabid Humas Polda Kepulauan Riau Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan pihaknya sudah sesuai aturan saat melontarkan gas air mata ke arah massa.

“Gas air mata sudah sesuai prosedur karena mereka lempar batu,” kata Zahwani saat dihubungi, Kamis (7/9).
Dia membantah pihaknya mengarahkan gas air mata ke anak sekolah. Ia menyebut gas air mata yang mengenai sejumlah anak sekolah itu lantaran lokasi bentrokan yang berdekatan dengan sekolah.
“Sekolah berbatasan dengan tempat mereka berkumpul. Engak mungkin gas air mata diarahkan ke sekolah,” ujarnya.
“Gas (air mata) dialihkan ke kerumunan tapi tertiup angin,” kata Zahwani.
(yla/kid)

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi