Meski begitu, Jokowi perlu meyakinkan faksi-faksi kuat di Golkar. Vishnu menilai dukungan Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia, akan menjadi kunci untuk memastikan Jokowi mendapatkan tempat yang signifikan di partai tersebut.
Selain bergabung dengan partai politik yang sudah ada, Jokowi juga memiliki opsi mendirikan partai politik baru. Namun, Vishnu menilai langkah ini penuh tantangan, mengingat besarnya modal dan infrastruktur yang dibutuhkan.
“Membangun partai baru tidak mudah. Meski relawan seperti Projo memiliki jaringan yang kuat, pertanyaan besarnya adalah apakah magnet elektoral Jokowi akan tetap kuat atau justru meredup seiring waktu. Apalagi, panggung politik saat ini akan didominasi oleh Prabowo sebagai presiden berkuasa,” kata Vishnu.
Alternatif lain adalah memanfaatkan PSI, di mana putra Jokowi, Kaesang Pangarep, menjabat sebagai ketua umum. Vishnu melihat PSI sebagai opsi yang lebih realistis untuk Jokowi dibandingkan mendirikan partai dari nol. “PSI lebih potensial untuk dikontrol Jokowi, karena struktur partainya sudah ada. Itu lebih efisien,” tambahnya.
Terkait Projo yang telah menyatakan kesiapan untuk berubah menjadi partai politik, Vishnu menilai ini masih belum cukup menjanjikan. “Membangun partai membutuhkan modal besar, jaringan yang luas, dan basis suara yang kuat. Di tengah dominasi politik Prabowo sebagai presiden, sulit bagi investor politik untuk memilih partai baru seperti Projo,” tutupnya.