Kemenkes Ungkap 5 Penyakit dengan Kasus Tertinggi Sepanjang 2025, ISPA Nomor 1

Kemenkes Ungkap 5 Penyakit dengan Kasus Tertinggi Sepanjang 2025, ISPA Nomor 1

Jakarta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap lima penyakit dengan jumlah kasus tertinggi sepanjang tahun 2025 berdasarkan sistem surveilans nasional. Data ini menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat, terutama di tengah dinamika cuaca, kepadatan penduduk, dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang belum merata.

Lima penyakit dengan jumlah kasus tertinggi sepanjang 2025 meliputi:

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA): 14.506.235 kasusDiare akut: 3.774.195 kasusInfluenza Like Illness (ILI): 1.692.642 kasusSuspek demam tifoid: 914.132 kasusPneumonia: 753.712 kasus

1. ISPA

ISPA menempati posisi teratas dengan lebih dari 14,5 juta kasus sepanjang 2025. Kemenkes mencatat, pelaporan kasus ISPA cenderung meningkat saat musim hujan atau musim dingin, ketika suhu lebih rendah dan kelembapan udara tinggi, kondisi yang mendukung penularan virus dan bakteri pernapasan.

Selain faktor cuaca, penurunan cakupan vaksinasi juga menjadi perhatian. Jika cakupan imunisasi menurun, risiko infeksi meningkat, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Secara geografis, provinsi dengan jumlah kasus ISPA tertinggi adalah:

Jawa Barat: 2.527.302 kasus

Jawa Tengah: 2.292.627 kasus

DKI Jakarta: 1.845.882 kasus

Jawa Timur: 1.337.901 kasus

Banten: 827.325 kasus

2. Diare akut

Penyakit kedua terbanyak adalah diare akut dengan total 3.774.195 kasus. Kemenkes mencatat, jumlah kasus diare akut mengalami kenaikan pada 2024 hingga awal 2025 dibandingkan tahun 2023.

Pola kasus diare akut relatif konsisten sepanjang tahun, sehingga besar kemungkinan penyakit ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pola musiman, melainkan lebih berkaitan dengan faktor sanitasi, kualitas air, dan kebersihan makanan.

Provinsi dengan kasus diare akut tertinggi meliputi:

Jawa Barat: 667.709 kasus

Jawa Tengah: 542.065 kasus

Jawa Timur: 512.924 kasus

DKI Jakarta: 317.688 kasus

Banten: 228.179 kasus

3. Influenza like illness (ILI)

Kemenkes mencatat 1.692.642 kasus influenza like illness (ILI) sepanjang 2025. Dalam empat pekan terakhir, kasus ILI dilaporkan berfluktuasi, tetapi menunjukkan tren peningkatan secara nasional.

Peningkatan ini dinilai relatif konsisten dan kemungkinan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pola musim. Salah satu faktor yang menjadi sorotan adalah penurunan cakupan vaksin influenza, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan di masyarakat.

Terbanyak di wilayah berikut:

Jawa Timur: 448.894 kasus

Jawa Barat: 233.156 kasus

Jawa Tengah: 229.439 kasus

Sumatera Utara: 196.572 kasus

Aceh: 63.943 kasus

4. Suspek demam tifoid

Kasus suspek demam tifoid tercatat mencapai 914.132 kasus sepanjang 2025. Tren peningkatan terlihat perlahan sejak minggu ke-34 tahun 2024 hingga awal Mei 2025, dan kembali meningkat pada minggu ke-29 sampai minggu ke-41 tahun 2025.

Kemenkes menilai sanitasi dan kebersihan yang buruk serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan PHBS menjadi faktor utama peningkatan kasus.

Provinsi dengan kasus suspek demam tifoid tertinggi meliputi:

Jawa Barat: 182.245 kasus

Jawa Timur: 179.950 kasus

Jawa Tengah: 168.952 kasus

DKI Jakarta: 59.201 kasus

Banten: 49.299 kasus

5. Pneumonia

Penyakit kelima terbanyak adalah pneumonia, dengan total 753.712 kasus sepanjang 2025. Kemenkes mencatat, peningkatan kasus pada awal 2025 salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya kapasitas unit pelapor dalam mencatat penyakit secara lebih optimal.

Secara historis, pneumonia menunjukkan keterkaitan dengan faktor iklim:

Tahun 2023, peningkatan terjadi sejak minggu ke-34 akibat El Nino

Awal 2024, kenaikan dipengaruhi pola musiman, khususnya musim hujan

Akhir 2024 hingga awal 2025, kembali meningkat seiring musim penghujan

Secara nasional, peningkatan kasus pneumonia pada 2025 terlihat fluktuatif, terutama pada minggu ke-29 hingga minggu ke-36.

Provinsi dengan kasus pneumonia tertinggi meliputi:

Jawa Barat: 142.092 kasus

Jawa Tengah: 113.844 kasus

Jawa Timur: 100.936 kasus

DKI Jakarta: 70.074 kasus

Banten: 48.466 kasus

Halaman 2 dari 2

(naf/naf)