Pola Makan Jadi Ugal-ugalan saat Liburan? Ini Saran Dokter Gizi

Pola Makan Jadi Ugal-ugalan saat Liburan? Ini Saran Dokter Gizi

Jakarta

Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) identik dengan wisata kuliner. Mulai dari kue-kue khas Natal, hidangan bersantan, hingga makanan tinggi lemak dan kolesterol kerap sulit dihindari. Tak jarang, pola makan jadi lebih “ngawur” dibanding hari biasa.

Spesialis gizi dr Nathania Sheryl Sutisna, SpGK dari RS Abdi Waluyo, menjelaskan menjaga pola makan saat liburan bukan berarti harus menahan diri secara berlebihan. Kuncinya adalah tetap sadar dengan apa yang dikonsumsi alias menerapkan mindful eating, meski suasana liburan membuat pilihan makanan jadi lebih beragam.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah konsumsi kue-kue, terutama saat Natal. dr Nathania menjelaskan, beberapa potong kue kering, seperti sekitar empat hingga lima kastengel, bisa setara dengan satu porsi nasi putih dari sisi kalori. Padahal, saat liburan orang cenderung makan kue tidak hanya satu atau dua potong.

“Jadi nomor 1, kita harus mindful eating. Kita harus ingat apa yang kita makan itu ada kalorinya. Jadi, itu bisa jadi salah satu rem kita juga tuh,” ucap dr Nathania kepada detikcom, di RS Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, Selasa (16/12/2025).

“Supaya, kalo mau makan kue, ambilnya sedikit aja. Satu aja, yang penting icip aja,” lanjutnya.

Selain camilan, pola makan saat menyantap hidangan utama juga perlu diperhatikan. Ia menyarankan agar protein tetap menjadi prioritas saat makan besar. Protein yang dimaksud mencakup sumber hewani seperti daging, ayam, ikan, maupun telur. Kebiasaan ini bisa diterapkan agar tubuh tetap mendapatkan asupan yang seimbang.

Dengan membiasakan mengonsumsi protein lebih dulu, rasa kenyang akan muncul lebih cepat sehingga asupan karbohidrat dan makanan lain cenderung berkurang secara alami.

Senada, spesialis gizi klinik, Dr dr Yohannessa Wulandari, M.Gizi, SpGK, dari RS St Carolus Salemba, menjelaskan menjaga pola makan saat libur Nataru bukan berarti harus sepenuhnya menghindari makanan favorit. Yang terpenting adalah kesadaran terhadap porsi dan kebutuhan tubuh, terutama di tengah suasana liburan yang identik dengan wisata kuliner.

Menurutnya, makanan tinggi kalori atau lemak yang biasanya jarang dikonsumsi sehari-hari sebenarnya tetap boleh dinikmati pada momen tertentu seperti liburan. Konsumsi sesekali tidak serta-merta menjadi masalah, selama tidak dilakukan secara berlebihan.

“Bukan artinya tidak sama sekali boleh, tapi tetap prinsipnya nomor satu tadi, be mindful, tahu kebutuhan, secukupnya saja sekedar apa yang merasakan atau meicip aja bukan berarti berlebihan di luar dari kebutuhan yang sehari,” kata dr Yohannessa kepada detikcom, Kamis (18/12/2025).

@detikhealth_official Belum pup berhari-hari…terus langsung hajar 5 botol sekaligus 😳 Banyak yang kira:”Pokoknya probiotik = auto lancar!” Padahal, tubuh nggak selalu kerja secepat itu – bahkan bisa bikin perut makin nggak nyaman kalau salah cara. Sebelum coba-coba, mending nonton dulu 👀✨ #Gizi #Sembelit #BAB #Probiotik #KesehatanPencernaan ♬ original sound – detikHealth

Halaman 2 dari 2

Simak Video “Video: Berat Badan Hanya 22 Kg, Wanita Ini Meninggal Usai Diet Ekstrem”
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)

Liburan Sehat di Penghujung 2025

7 Konten

Liburan akhir tahun adalah waktunya bersenang-senang. Tapi jika tidak disiapkan dengan baik, niat bersenang-sebang bisa berantakan karena jatuh sakit. Ini tips mempersiapkan liburan sehat akhir tahun.

Konten Selanjutnya

Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya