Malang (beritajatim.com) – Pemerintah Kota Malang memilih hanya menggelar doa bersama pada malam pergantian Tahun Baru 2026 nanti. Acara sederhana ini dipilih sebagai wujud empati atas sejumlah bencana hidrometeorologi di beberapa daerah.
Seperti banjir bandang di kawasan Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh. Serta bencana lainnya seperti erupsi di Lumajang. Doa bersama akan dilakukan serentak di 5 kecamatan yang ada di Kota Malang. Mulai dari Klojen, Kedungkandang, Blimbing, Lowokwaru, dan Sukun.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat memastikan, tidak ada pesta kembang api maupun acara hiburan lainnya sebagai wujud empati. Melalui perayaan sederhana ini, diharapkan masyarakat dapat bersama-sama mendoakan mereka yang sedang tertimpa bencana serta menjadikan momentum pergantian tahun sebagai sarana introspeksi diri.
“Instruksi kepada seluruh jajaran serta mengajak masyarakat untuk merayakan malam pergantian tahun dengan cara yang sederhana, khidmat, dan bermakna. Pergantian tahun seyogianya dimaknai sebagai waktu untuk refleksi dan kontemplasi, bukan sekadar perayaan semata,” kata Wahyu, Rabu, (24/12/2025).
Wahyu mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan konvoi maupun perayaan secara berlebihan lainnya yang berpotensi mengganggu ketertiban umum. Imbauan ini untuk menjaga keamanan, kenyamanan, serta kondusivitas Kota Malang selama malam pergantian tahun.
Wahyu mengajak seluruh masyarakat Kota Malang untuk menyambut Tahun Baru 2026 dengan penuh kesederhanaan, empati, serta tetap menjaga ketertiban. Wahyu berharap pergantian tahun dapat dimaknai sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas sosial dan meningkatkan kualitas diri.
“Mari kita rayakan Tahun Baru 2026 dengan sederhana, penuh doa untuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, tidak merayakan secara berlebihan, sekaligus menjadi sarana refleksi agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik ke depan,” ujar Wahyu. (luc/ian)
