Jakarta –
Pro kontra makan bergizi gratis (MBG) di libur sekolah belakangan ramai menjadi perdebatan. Ada yang beranggapan MBG di libur sekolah hanya bertujuan menghabiskan anggaran. Di sisi lain, Badan Gizi Nasional memastikan pelaksanaan MBG di libur sekolah demi memenuhi gizi anak yang dikhawatirkan menurun lantaran pola makan tak terpantau.
Ahli gizi dr Tan Shot Yen mempertanyakan studi di balik alasan tersebut. Ia mengaku geram lantaran kebijakan dan keputusan yang diambil BGN kerap kali tidak berbasis bukti ilmiah.
“Jika ini alasannya, jujur saya marah. Ada data studi yang menyatakan kekurangan gizi meningkat saat libur?” tanyanya, saat dihubungi detikcom Rabu (24/12/2025).
dr Tan menyebut alih-alih memerhatikan gizi anak, BGN tampaknya gagal memberikan edukasi pola makan bergizi pada keluarga. Terlebih, menu MBG saat libur sekolah hampir seluruhnya merupakan ultra processed food (UPF).
Dari sejumlah aduan yang diterima dr Tan dalam akun pribadi Instagramnya, tampak banyak ibu-ibu yang menampilkan pemberian menu MBG berupa biskuit, snack, roti, bahkan untuk bayi berusia 15 bulan.
“MBG semestinya menjadi template, acuan, rujukan makanan sehat Indonesia. Itu sebabnya free school meal di negeri orang bagus-bagus, di dalamnya memuat. edukasi, di balik makanan ada literasi, setiap kunyahan ada rasa syukur yang sesungguhnya,” lanjut dia.
“Bukan syukur-syukur sudah dikasih makan, yang cuma isi perut, bukan isi otak,” sesalnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Biro Hukum dan Humas BGN Khairul Hidayati menyebut layanan MBG tetap berlanjut di masa libur sekolah anak lantaran kekhawatiran risiko kekurangan gizi yang justru dinilai bisa meningkat, karena pola makan keluarga tak terpantau.
“Kami ingin memastikan bahwa masa liburan bukan periode berisiko bagi tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu, tapi tetap menjadi fase yang aman karena dukungan gizi tetap berjalan,” kata Hidayati, dikutip dari laman resmi BGN.
Halaman 2 dari 2
(naf/kna)
