Tantangan Bisnis Serat Optik Akses Terbuka, Apjatel: Biaya Regulasi di Daerah

Tantangan Bisnis Serat Optik Akses Terbuka, Apjatel: Biaya Regulasi di Daerah

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) menyampaikan tantangan terberat dalam bisnis infrastruktur digital penyewaan serat optik saat ini adalah ongkos regulasi.

Perusahaan penggelar kabel serat optik dibebani oleh biaya dan pungutan yang cukup besar saat hendak memperluas jaringan mereka. Adapun rasio antara biaya regulasi dengan total pendapatan perusahaan telekomunikasi Indonesia telah menyentuh 12%. Lebih tinggi dari rerata rasio di Asia Pasifik yang sebesar 8,7% dan global yang sebesar 7%.

Ketua Umum Apjatel Jerry Mangasas Siregar mengatakan ongkos regulasi menjadi salah satu hambatan dalam bisnis serat optik terbuka saat ini.

Dia tidak menyebutkan berapa biaya yang dipikul oleh perusahaan telekomunikasi penggelar kabel, tetapi dipastikan biaya besar tersebut berdampak pada bisnis pemain penyedia infrastruktur serat optik. 

“Akan sangat baik jika ada peta jalan serat optik yang jelas, yang dilakukan bersama Komdigi didukung regulasi yang simple dalam penggelaran jaringan fiber optik (FO) serta tidak banyaknya regulatory cost dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah,” kata Jerry kepada Bisnis, Selasa (23/12/2025). 

Dia juga mengatakan dengan dukungan tersebut penerapan serat optik open access akses serta sharing infrastruktur secara bersama-sama pemain jaringan serat optik lainnya akan berjalan optimal. 

Sekadar informasi, perusahaan telekomunikasi besar mulai mengoptimalkan aset yang dimiliki dengan membuka akses sebesar-besarnya bagi siapa pun untuk menggunakan aset serat optik yang mereka miliki. 

PT Indosat Tbk. menyusul Infranexia milik Telkom dengan memperluas bisnis dalam pengembangan serat optik open access atau independent. Indosat menggandeng  perusahaan investasi besar seperti Northstar dan Arsari Grup milik Hashim. 

Jerry menambahkan secara prinsip hadirnya perusahaan telekomunikasi besar di bisnis penyewaan serat optik tidak akan mengubah persaingan bisnis di industri. Langkah Telkom dan Indosat, menurutnya, justru diperlukan untuk percepatan penggelaran kabel serat optik Indonesia. 

Sebagai informasi, panjang kabel serat optik menurut laporan Komdigi sekitar 1 juta kilometer dan konsentrasi dominan serat optik tersebut sebesar 30% dari 514Kab/Kota Di Indonesia 

“Sesuai arahan dari Pak Presiden Prabowo agar Indonesia dapat terkoneksi seluruhnya sampai dengan 2029 diperlukan roadmap yang clear jalur dan support dari  penyelenggara jaringan serat optik,” kata Jerry.