JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, upaya pemerintah gencar memberantas pakaian bekas impor atau trifthing memberikan dampak bagi industri pakaian jadi.
Pasalnya, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif bilang, nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2025 menunjukkan industri pakaian jadi tercatat ekspansif, baik di pasar domestik maupun ekspor.
“Dampak (pemberantasan) thrifting itu terlihat di industri pakaian jadi. Kami lihat IKI pada November 2025 ini ekspansif, IKI subsektor industri pakaian jadi itu ekspansif. Artinya, industri pakaian jadi itu kinerjanya bagus,” ujar Febri dalam Rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2025 di Gedung Kemenperin, Jakarta, Kamis, 27 November.
“Kami melihat ada sebagiannya dampak dari upaya kebijakan pelarangan barang atau pakaian bekas impor dan itu juga kenapa Kemenperin mendukung Pak Menkeu Purbaya untuk menindak masuknya pakaian bekas impor ke Indonesia, ke pasar domestik,” tambahnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, kondisi industri garmen semakin membaik, yang mana perusahaan garmen berorientasi ekspor saat ini sedang meningkatkan produksi untuk musim fesyen 2026.
Sementara itu, untuk perusahaan garmen berorientasi pasar domestik saat ini sedang bersiap-siap berproduksi untuk antisipasi jelang Ramadan dan Idulfitri tahun depan.
Selain itu, sebagian industri juga melaporkan terjadinya peningkatan pesanan dan dalam persiapan produksi. Untuk ekspor garmen pada 2025 meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tercatat, pertumbuhan ekspor garmen sampai dengan September 2025 tumbuh sebesar 4,25 persen secara volume dan nilai.
Adapun IKI pada November 2025 mencapai 53,45. Angka itu terbilang masih ekspansif meski mengalami perlambatan sebesar 0,05 poin dibandingkan dengan Oktober 2025 yang sebesar 53,50. Sebaliknya, nilai IKI November 2025 meningkat 0,50 poin jika dibandingkan dengan nilai IKI November pada 2024 yang sebesar 52,95.
Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 22 subsektor mengalami ekspansi dan satu subsektor mengalami kontraksi. Subsektor yang ekspansi memiliki kontribusi sebesar 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan III-2025.
Dua subsektor dengan nilai IKl tertinggi adalah industri pengolahan tembakau (KBLI 12) dan industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (KBLI 21). Sedangkan, subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri tekstil (KBLI 13).
