Lawan Inflasi, Pemkab Blitar Siapkan 16 Hektar Lahan Cabai Off Season

Lawan Inflasi, Pemkab Blitar Siapkan 16 Hektar Lahan Cabai Off Season

Blitar (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar menyiapkan strategi khusus untuk menangkal lonjakan harga pangan yang kerap terjadi saat musim penghujan.

Melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Pemkab meluncurkan program budidaya cabai off season (di luar musim) seluas 16 hektar, yang didanai oleh Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2025.

Langkah ini dinilai strategis sekaligus berani. Pasalnya, Pemkab mendorong penanaman cabai rawit justru ketika mayoritas petani beralih ke tanaman padi karena tingginya curah hujan. Tujuannya jelas: menciptakan “lumbung penyangga” agar pasokan tetap aman dan inflasi terkendali saat pasar mengalami kelangkaan.

Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Blitar, Siswoyo Adi Prasetyo, menjelaskan rasionalisasi di balik program ini.

“Penanaman cabai off season ini kami arahkan saat musim hujan. Biasanya wilayah utara itu hampir tidak ada petani yang menanam cabai saat musim hujan (lebih memilih padi). Dengan adanya penanaman di luar musim ini, kami berharap saat panen tiba nanti, kita bisa menstabilkan harga,” terang Siswoyo, Rabu (19/11/2025).

Tidak sembarangan, DKPP memilih empat kecamatan strategis sebagai lokasi pengembangan, yakni Doko, Talun, Nglegok, dan Srengat. Total lahan seluas 16 hektar tersebut dibagi rata, di mana masing-masing kelompok tani akan mengelola sekitar empat hektare.

Siswoyo menekankan bahwa seleksi petani dilakukan dengan ketat. Mengingat menanam cabai di musim hujan memiliki risiko tinggi—seperti serangan jamur dan pembusukan—maka hanya petani dengan rekam jejak hortikultura yang mumpuni yang dilibatkan.

“Pada musim tanam ketiga seperti saat ini, sebagian besar petani di wilayah Blitar utara memilih menanam padi. Sehingga, kami memilih kelompok tani yang telah berpengalaman di hortikultura agar siap menghadapi tantangan tersebut,” jelasnya.

Dukungan pemerintah tidak main-main. Selain pendampingan teknis, DKPP menggelontorkan paket lengkap sarana produksi yang meliputi benih unggul, pupuk organik dan kimia, serta mulsa plastik untuk melindungi bedengan dari gerusan air hujan.

Saat ini, proses pengadaan sarana produksi tengah dikebut. Jadwal tanam telah dikunci pada awal musim penghujan, yakni Desember 2025.

“Seluruh infrastruktur dasar disiapkan untuk memastikan petani dapat memulai tanam sesuai jadwal. Estimasi kami, panen raya bisa dilakukan pada Februari hingga Maret 2026,” kata Siswoyo.

Dengan adanya panen raya di awal tahun 2026 nanti, Pemkab Blitar optimistis tidak akan terjadi gejolak harga cabai yang ekstrem di pasaran.

“Akan ada pendampingan berkelanjutan dari kami sejak persiapan sampai masa panen nanti. Harapannya, hasil maksimal ini bisa menjadi penyangga pasokan cabai di saat masyarakat membutuhkan,” pungkasnya. (owi/ian)