Kasus ‘Rahim Copot’ Diragukan Sejawat, Obgyn yang Menangani Pun Sama Herannya

Kasus ‘Rahim Copot’ Diragukan Sejawat, Obgyn yang Menangani Pun Sama Herannya

Jakarta

Ribut-ribut antardokter ramai disorot warganet pasca kisah viral kasus ‘rahim copot’ diragukan kebenarannya oleh sejumlah obgyn. Dr dr Christofani E SpOG, SubspFER, obgyn yang menangani kasus tersebut, mewajarkan respons demikian.

“Saya pun akan sama respons-nya kalau mendengar berita seperti ini. Karena seperti yang sudah saya sampaikan, pada kondisi normal tidak mungkin rahim bisa lepas sendiri, tapi kembali lagi, kondisi ini terjadi karena perlakuan dari paraji,” bebernya kepada detikcom Selasa (18/11/2025).

Ia kembali menekankan perbedaan pandangan yang muncul di ruang publik sebenarnya merupakan hal wajar dalam dunia medis. Menurutnya, dokter justru dituntut untuk saling menguji informasi, mempertanyakan temuan, dan menelaah kasus berdasarkan bukti ilmiah.

“Menanggapi dinamika yang terjadi antardokter, perlu masyarakat pahami bahwa kami dokter harus selalu berpikir kritis dan bekerja berdasarkan evidence-based. Jadi wajib untuk mencari tahu diagnosis dan tindakan yang terbaik untuk pasien-pasien kami, dan tidak segera menerima informasi tanpa cross-check,” jelasnya.

Christofani mengingatkan, prinsip kehati-hatian itu bukan semata-mata untuk menjaga kredibilitas profesi, tetapi karena yang dihadapi adalah nyawa manusia. Setiap keputusan medis, kata dia, harus mempertimbangkan keselamatan pasien sebagai prioritas utama.

“Karena yang kami hadapi adalah manusia, dan setiap pasien berhak mendapatkan perawatan maksimal,” sambungnya.

Namun, ia mengakui kondisi di lapangan tidak selalu sama dengan teori dalam buku ajar. Daerah dengan sumber daya terbatas kerap menghadirkan kasus-kasus tidak biasa, yang mungkin tidak tercatat dalam jurnal maupun literatur medis.

“Akan tetapi terkadang kondisi di lapangan, apalagi di daerah yang masih minim fasilitas kesehatan, ada saja yang unik dan terkadang tidak ada di textbook maupun jurnal saat dulu kami menjalani pendidikan,” ujarnya.

Oleh sebab itu, ia mengajak publik untuk tetap objektif. Di satu sisi, dokter memiliki kewajiban untuk terbuka pada kejanggalan medis; di sisi lain, tenaga kesehatan juga perlu merujuk pada keilmuan agar tidak terbawa bias atau prasangka.

“Jadi tetaplah berpikiran terbuka dan selalu berlandaskan keilmuan dalam mengelola pasien,” pungkasnya.

Halaman 2 dari 2

Simak Video “Video: Cerita Wanita Inggris Pertama yang Melahirkan dengan Rahim Transplantasi”
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Ribut Sesama Dokter soal Rahim Copot

13 Konten

Polemik kasus viral ‘rahim copot’ meluas. Tidak adanya dokumentasi formal dan ilmiah membuat sebagian dokter senior meragukan kasus tersebut, dan mengaitkannya dengan kondisi yang lebih mungkin terjadi: inversio uteri.

Konten Selanjutnya

Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya