Bisnis.com, JAKARTA — Gangguan Cloudflare, yang telah berlangsung selama 4 Jam pada Selasa (18/11/2025), diperkirakan mengakibatkan kerugian antara US$5 miliar hingga US$15 miliar per jam atau Rp83,7 triliun hingga Rp251,2 triliun bagi perusahaan-perusahaan yang terdampak, menurut layanan pemeliharaan situs web.
Dilansir dari Mirror, Rabu (19/11/2025), layanan infrastruktur internet tersebut telah mati sejak sekitar pukul 12:00 UTC, yang berdampak pada banyak situs web, termasuk X, Spotify, dan Canva. Adapun Cloudflare melayani ribuan pelanggan korporasi.
Adapun outage Cloudflare berlangsung sekitar 4 jam, sehingga estimasi total kerugian bisa mencapai US$20 miliar – US$60 miliar atau Rp335 triliun hingga Rp1.005 triliun.
Dari sisi Cloudflare, perusahaan mengalami penurunan kapitalisasi pasar sekitar US$1,8 miliar akibat anjloknya harga saham sampai 3,9 persen setelah insiden ini.
Di tingkat pelanggan, bisnis berskala menengah hingga besar—yang sangat bergantung pada layanan cloud—umumnya menderita kehilangan rata-rata US$300.000 per jam, dan hampir setengah dari perusahaan besar melaporkan kerugian lebih dari US$1 juta per jam selama downtime.
Cloudflare menyatakan saat ini layanan saat ini beroperasi secara normal. Perusahaan tidak lagi melihat gangguan ataupun peningkatan latensi.
“Tim teknik kami terus memantau platform secara ketat dan melakukan penyelidikan lebih mendalam terhadap gangguan sebelumnya, tetapi tidak ada perubahan konfigurasi yang dilakukan saat ini,” tulis Cloudflare.
Sementara itu, CTO Cloudflare Dane Knecht menyampaikan permintaan maaf atas gangguan besar tersebut.
Dia menjelaskan masalah bermula dari sebuah bug yang memicu kegagalan berantai, sehingga ratusan layanan daring ikut tumbang.
“Singkatnya, bug laten dalam layanan yang mendasari kemampuan mitigasi bot kami mulai mogok setelah perubahan konfigurasi rutin yang kami buat. Hal itu mengakibatkan degradasi yang luas pada jaringan kami dan layanan lainnya. Ini bukan serangan,” tulis Knecht.
Dia menyadari masalah tersebut, beserta dampak dan lamanya penyelesaian, merupakan hal yang tidak dapat diterima. Dia juga menyebut bahwa upaya perbaikan sudah mulai dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang. Menurutnya, insiden itu telah menimbulkan kesulitan nyata bagi banyak pihak, dan karena itu kepercayaan pelanggan menjadi sesuatu yang sangat mereka hargai dan akan mereka upayakan untuk diraih kembali.
Di sisi lain, Cloudflare menyampaikan mereka telah menerapkan perbaikan dan meyakini insiden tersebut sudah terselesaikan. Mereka masih memantau potensi kesalahan untuk memastikan seluruh layanan benar-benar kembali normal.
Terlebih pada pembaruan terbarunya, Cloudflare mengakui masih menemukan sejumlah laporan gangguan kecil.
“Kami terus melihat peningkatan kesalahan dan latensi, tetapi masih ada laporan kesalahan intermiten. Tim terus memantau situasi seiring membaiknya situasi, dan mencari cara untuk mempercepat pemulihan penuh,” tulis Cloudflare.
