Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemerintah Indonesia tengah menggencarkan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk memperkuat kemandirian energi sekaligus mengejar target Net Zero Emission. Di Banyuwangi, proyek pembangkit listrik ramah lingkungan kembali bertambah dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas 200 megawatt yang digarap perusahaan energi asal Jerman.
Proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu infrastruktur energi bersih terbesar di Jawa Timur. Selain itu, mendukung peningkatan pasokan listrik rendah karbon secara nasional.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan bahwa PLTB memiliki peran strategis dalam transisi energi daerah.
“PLTB merupakan pembangkit listrik ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polusi udara. PLTB di Banyuwngi mendukung pengurangan emisi karbon dan transisi menuju energi bersih yang dicanangkan pemerintah pusat. PLTB ini akan berkontribusi pada pasokan energi bersih nasional,” kata Ipuk.
Pembangunan PLTB ini menjadi lanjutan komitmen Banyuwangi dalam pengembangan energi bersih setelah sebelumnya sukses mengembangkan proyek geothermal dan berbagai program efisiensi energi sektor publik. Proyek yang ditargetkan beroperasi pada 2028 itu merupakan hasil penjajakan antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan wpd Energi, perusahaan energi angin berpengalaman dari Jerman.
Dalam pertemuan sebelumnya, Managing Director Asia Pasific wpd Energi, Hans Christoph Brumberg, memaparkan rencana investasi serta potensi teknologi yang akan diterapkan di Banyuwangi.
“Perusahaan kami telah berpengalaman di bidang energi angin di Jerman selama puluhan tahun. Kami melihat potensi pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Oleh karena itu, kami datang ke Indonesia untuk menemukan beberapa lokasi, dan kami pilih Banyuwangi” ujar Hans Christoph.
Hans menegaskan bahwa pemilihan Banyuwangi dilakukan melalui analisis komprehensif terhadap karakteristik angin dan kondisi geografisnya. “Indonesia adalah negara besar, memiliki banyak sumber daya surya. Tetapi untuk angin, kami perlu mencari dengan sangat hati-hati. Di Banyuwangi kami menemukan lokasi potensial yang sangat menarik dan atraktif, dekat pantai dan di kaki pegunungan,” ungkapnya.
Kombinasi topografi dan kecepatan angin dinilai ideal untuk proyek berskala industri, sehingga menjadi alasan utama perusahaan memilih Banyuwangi dibandingkan wilayah lain.
PLTB yang akan dibangun tersebut diproyeksikan menghasilkan listrik hingga 200 megawatt dengan dukungan 25–30 turbin angin. Menurut perusahaan, tahap awal yang sedang berjalan saat ini meliputi verifikasi potensi angin melalui pengukuran langsung untuk memastikan keakuratan data sebelum pembangunan dimulai.
“Sekarang kami sedang melakukan bagian realisasi proyek tahap awal. Salah satunya melakukan pengukuran untuk memverifikasi potensi sumber daya angin,” imbuhnya.
Kepala DPMTSP Banyuwangi, Partana, menambahkan bahwa pembangunan PLTB telah dirancang melalui tahapan teknis yang terstruktur sejak 2024 hingga 2028. Kegiatan awal proyek mencakup persiapan, pengumpulan data angin, serta asesmen lokasi untuk memastikan semua kriteria teknis terpenuhi.
“Sepanjang 2024–2025 difokuskan untuk memastikan kelayakan teknis dan administratif,” jelasnya. Pada 2026–2027, fokus beralih ke pembangunan infrastruktur PLTB, termasuk pemasangan turbin dan jaringan pendukung.
Seluruh rangkaian kegiatan ditargetkan rampung pada akhir 2028 sehingga PLTB dapat mencapai Tanggal Operasi Komersial (COD). “Seluruh rangkaian kegiatan tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2028 dan akan mencapai Tanggal Operasi Komersial (COD),” pungkas Partana. [alr/beq]
