Pendapatan GHON Turun, Laba Bersih Naik Tipis Kuartal III/2025

Pendapatan GHON Turun, Laba Bersih Naik Tipis Kuartal III/2025

Bisnis.com, JAKARTA — PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk. (GHON) mengalami penurunan pendapatan pada kuartal III/2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, laba perusahaan tetap tumbuh.

GHON merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang berfokus pada bisnis menara dan ekosistemnya. Pada Maret 2025, GHON memiliki total menara sekitar 1.700-an menara yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Merujuk laporan keuangan GHON kuartal III/2025, dikutip Selasa (15/11/2025), GHON membukukan pendapatan sebesar Rp159,7 miliar atau turun tipis 1,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan tersebut diiringi dengan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 2% year on year/YoY menjadi Rp43 miliar. Alhasil, laba kotor perusahaan yang dibukukan GHON tercatat sebesar Rp116 miliar.

Sementara itu beban bersih turun menjadi Rp26,24 miliar pada 9 bulan pertama 2025. Dengan kondisi tersebut perusahaan tetap dapat membukukan pertumbuhan laba bersih.

Laba bersih periode berjalan yang dibukukan perusahaan tercatat sebesar Rp58 miliar atau naik 2% secara tahunan.

Sekadar informasi, Gihon Telekomunikasi Indonesia didirikan di Jakarta pada  27 April 2001, dengan lini bisnis utama di bidang Menara Telekomunikasi.

Layanan utama perusahaan meliputi Jasa Rekayasa, Desain, Konstruksi, Instalasi, dan Integrasi Jaringan, yang seluruhnya didedikasikan untuk industri telekomunikasi.

GHON juga merupakanperusahaan Investasi dengan mengembangkan portofolio di bidang Penyewaan Menara, Utilitas, Mikrocell, Serat Optik, dan Jaringan Aktif.

Diketahui industri menara menghadapi kondisi yang cukup sulit pada kuartal III/2025. Jumlah rasio penyewa menara cenderung stagnan.

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (Mitratel) menjadi satu-satunya perusahaan yang mencatat kenaikan, sementara PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) justru mengalami penurunan.

Rasio tenancy mencerminkan rata-rata jumlah penyewa (tenant) pada setiap menara yang dimiliki perusahaan. 

Mitratel mencatat rasio tenancy sebesar 1,55 kali hingga kuartal III/2025, naik dari 1,51 kali pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Hingga akhir September 2025, Mitratel mengoperasikan 40.102 menara, naik 2,1% dibandingkan kuartal III/2024 yang sebanyak 39.259 unit. 

Dari total tersebut, perusahaan memiliki 61.987 tenant dengan tambahan 698 menara baru yang terbangun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini.

Berbeda dengan Mitratel, TOWR mencatat penurunan rasio tenancy dari 1,64 kali pada 2024 menjadi 1,61 kali per kuartal III/2025. Angka ini merupakan yang terendah sejak 2018, ketika rasio tenancy perusahaan berada di level 1,62 kali.

TOWR mengoperasikan 36.049 menara dengan total 58.213 tenant. Sebanyak 53% dari menara tersebut berlokasi di Pulau Jawa, sedangkan 47% lainnya tersebar di luar Jawa.

Sementara itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) juga mengalami penurunan rasio kolokasi dari 1,79 kali di akhir 2024 menjadi 1,76 kali pada kuartal III/2025. Tren melemahnya tingkat penyewaa sudah tampak sejak awal tahun lalu, ketika rasio tenancy TBIG masih berada di posisi 1,83 kali pada kuartal I/2024.

Hingga akhir September 2025, TBIG mengoperasikan 24.318 menara dengan total 42.771 penyewaan.