Jakarta –
Kasus ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta menyisakan tanda tanya besar terkait motif di balik pelaku yang masih berstatus pelajar.
Psikolog Joice Manurung menilai peristiwa ini tidak bisa dilihat semata-mata sebagai tindakan kriminal remaja, melainkan gejala dari masalah psikologis yang kompleks.
“Kasus seperti ini sangat kompleks. Tidak pernah ada satu penyebab tunggal yang bisa menjelaskan perilaku anak,” ujar Joice saat ditemui detikcom, Senin (10/11/2025).
Menurutnya, perlu dilakukan asesmen psikologis menyeluruh terhadap pelaku untuk mengetahui kondisi mental dan faktor-faktor yang memengaruhi tindakannya.
“Pertama, kita pasti cek dulu kondisi mental anak, apakah memang sehat betul-betul, dalam kondisi stabil atau tidak,” jelasnya.
Selain kondisi mental, Joice menekankan pentingnya menelaah lingkungan keluarga, terutama keseimbangan peran orang tua dan keberadaan figur pendamping yang memberi rasa aman bagi anak.
“Kita lihat juga bagaimana kondisi rumah, apakah fungsi ayah dan ibu seimbang, apakah ada rasa aman di rumah, atau justru tidak ada figur yang bisa menjadi tempat anak berkeluh kesah. Kalau itu tidak ada, berarti ada situasi yang bolong,” beber dia.
Menurut Joice, anak yang tumbuh dalam lingkungan tanpa dukungan emosional sering kali kesulitan mengelola stres dan emosi negatif. Dalam beberapa kasus, hal itu dapat memicu perilaku impulsif atau agresif, terutama jika tidak ada ruang aman untuk menyalurkan perasaan.
Joice juga menyoroti peran penting sekolah dalam membentuk karakter dan empati siswa. Ia menilai, sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar akademik, tetapi juga ruang pembelajaran moral dan sosial.
“Di sekolah itu seharusnya ada sistem, tidak hanya sistem pembelajaran, tapi juga sistem pembentukan empati dan moral,” ujarnya.
@detikhealth_official Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Apa yang Terjadi? Dari perspektif psikolog, perilaku kekerasan seperti ini seringkali merupakan puncak dari gunung es masalah yang lebih dalam. Mari kita buka diskusi tentang kesehatan mental remaja dan pentingnya dukungan. #SMAN72 #KesehatanMental #Psikologi #ledakan ♬ suara asli – detikHealth
Namun, menurut Joice, masih banyak sekolah yang belum secara konsisten menerapkan sistem tersebut dalam praktik sehari-hari.
“Seyogianya sudah ada, tapi kadang sistem itu hanya tertulis di atas kertas, tidak diterapkan dalam perilaku,” lanjut dia.
Ia menekankan empati bukan sifat bawaan, melainkan hasil proses belajar dan pembiasaan. Karenanya, pendidikan karakter perlu diwujudkan dalam bentuk nyata, termasuk penerapan sanksi moral bagi pelaku kekerasan atau perundungan di sekolah.
“Anak-anak yang melakukan perundungan perlu diberi sanksi, bukan hanya administratif, tapi juga sanksi perilaku dan moral. Dari situ mereka belajar bahwa tindakannya salah dan berdampak pada orang lain,” tegas Joice.
Halaman 2 dari 2
(naf/kna)
Dampak Psikis Game Online
4 Konten
Game online bertema kekerasan tengah jadi sorotan, dituding mempengaruhi perilaku agresif anak dan remaja. Muncul wacana pembatasan berdasarkan usia.
Konten Selanjutnya
Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya
