Jakarta –
Tidak bisa dipungkiri masih banyak pasien jantung di Tanah Air memilih berobat ke negara lain, meski fasilitas medis di dalam negeri juga terus berkembang. Ternyata ada satu ‘pekerjaan rumah’ yang masih harus dibenahi oleh tenaga medis, tenaga kesehatan, ataupun rumah sakit itu sendiri.
Spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular Sugisman, SpBTKV(K) dari BraveHeart Brawijaya Hospital mengatakan ‘biang kerok’ masih banyaknya pasien jantung berobat ke luar negeri adalah pelayanan.
“Sebenarnya banyak faktor sih, kalau saya pelajari lebih banyak menyangkut masalah servis. Bukan menyangkut masalah kualitas dokternya,” kata dr Sugisman ditemui di acara BraveTalk ‘Basif Life Support & Sudden Cardiac Death’ di Jakarta Selatan, Minggu (9/11/2025).
Dokter yang juga berpraktik di RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita tersebut mengakui bahwa kualitas dokter di dalam negeri saat ini bisa dikatakan tidak kalah dengan dokter asing.
“Mungkin yang perlu diperbaiki adalah bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik pada pasien. Supaya pasien itu tidak merasa, untuk mendapatkan akses ke dokter jadi lebih panjang prosedurnya, birokrasinya jadi lebih panjang,” katanya.
“Itu kadang-kadang pasien mengeluhnya terkait itu. Kalau masalah kualitas pelayanan medis itu sendiri, saya pikir kita tidak kalah bersaing (dengan LN),” sambungnya.
Namun, dr Sugisman menekankan semakin ke sini pelayanan yang diberikan dokter-dokter sudah semakin membaik. Tentu, hal ini membutuhkan waktu untuk benar-benar bisa menjadi optimal.
Saat ini, penyakit jantung koroner masih menjadi musuh nomor satu. Perubahan gaya hidup disebut menjadi salah satu faktor penentu makin banyaknya kasus ini.
“Paling banyak (yang kita hadapi) penyakit jantung koroner. Itu prevalensinya setiap tahun makin bertambah,” katanya.
“Mungkin karena pola hidup, pola makan, dan gaya hidup kita yang berubah. Kita kan banyak sekarang mengkonsumsi makanan-makanan junk food.
Halaman 2 dari 2
(dpy/sao)
