Jakarta –
Pemilihan sodet atau spatula di dapur ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Menurut ahli biomedik IPB University, Benedikta Diah Saraswati, SSi, MBiomed, bahan alat masak yang salah justru bisa menjadi sumber bahaya tersembunyi, terutama ketika terpapar panas tinggi.
Diah menjelaskan, sodet berbahan plastik paling berisiko karena dapat mengalami degradasi termal saat digunakan di suhu tinggi.
“Ikatan kimia dalam polimer bisa terurai dan melepaskan senyawa berbahaya ke makanan,” jelasnya dalam keterangan resmi IPB, dikutip Senin (10/11/2025).
Senyawa yang mungkin muncul antara lain Bisphenol A (BPA), ftalat, formaldehida, dan amina aromatik. BPA dan ftalat, kata Diah, termasuk kelompok endocrine disruptor, zat yang dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, terutama hormon estrogen.
“Paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, resistensi insulin, masalah perkembangan janin, bahkan meningkatkan risiko kanker,” tegasnya.
Bahaya makin besar jika sodet plastik mulai meleleh. Saat itu, ikatan polimernya bisa terurai dan melepaskan monomer sisa seperti styrene, ethylene, dan propylene yang bersifat neurotoksik dan hepatotoksik, bahkan berpotensi karsinogenik.
Selain itu, gesekan antara sodet plastik dan permukaan wajan bisa menghasilkan mikroplastik yang ikut tertelan bersama makanan.
“Partikel ini bisa menembus dinding usus, masuk ke aliran darah, dan mengendap di jaringan tubuh. Akibatnya, dapat memicu stres oksidatif, peradangan kronik, serta gangguan imun dan metabolik,” tambahnya.
Pilihan yang Lebih Aman, Termasuk Spatula ‘Kayu’
Sebagai alternatif, Diah menyarankan penggunaan sodet berbahan silikon food-grade, yang jauh lebih stabil dan aman. Silikon tersusun dari rantai silika yang tahan panas hingga sekitar 250 derajat celcius dan tidak mengandung BPA, ftalat, maupun PVC.
“Karena sifatnya inert, silikon tidak mudah bereaksi dengan minyak, asam, atau bahan makanan lain,” paparnya.
Jenis platinum-cured silicone disebut sebagai yang paling direkomendasikan, karena diproses menggunakan katalis platinum sehingga hasilnya lebih murni, tidak berbau, dan tahan panas lebih lama.
“Silikon murni tidak memicu stres oksidatif atau gangguan hormonal, sehingga aman digunakan jangka panjang,” jelas Diah.
Namun, ia mengingatkan agar konsumen waspada terhadap produk silikon murah yang ternyata dicampur plastik. “Jika mudah berubah warna, berbau kimia tajam, atau terlalu murah, besar kemungkinan ada campuran plastik,” ujarnya.
Selain silikon, bahan alami seperti kayu dan bambu juga relatif aman karena memiliki sifat antimikroba alami. Sementara itu, stainless steel cocok untuk memasak pada suhu tinggi, tetapi tidak disarankan untuk wajan antilengket karena bisa merusak lapisannya.
“Untuk dapur rumah tangga, kombinasi terbaik adalah sodet silikon food-grade untuk wajan antilengket, dan sodet kayu untuk masakan bersuhu sedang,” sarannya.
Tips Memilih Sodet yang Aman
Agar lebih aman, Diah menyarankan memilih produk bertanda ‘BPA-free’, ‘Phthalate-free’, serta mencantumkan ‘Platinum-cured silicone’ pada kemasan. Ia juga membagikan cara sederhana untuk menguji kemurnian silikon.
“Tekuk bagian sodet. Jika muncul warna putih atau retak, berarti ada campuran plastik. Silikon murni tidak berubah warna,” ujarnya.
Menurutnya, memilih alat masak bukan hanya soal kenyamanan atau estetika dapur, tapi juga investasi kesehatan jangka panjang bagi keluarga.
“Setiap kali kita memasak, ada interaksi langsung antara bahan makanan dan alat masak. Jadi, semakin aman bahannya, semakin kecil pula risiko paparan bahan kimia berbahaya yang bisa menumpuk di tubuh,” tutup Diah.
