Bisnis.com, JAKARTA — Braze, platform yang berfokus pada customer engagement, menyarankan sejumlah langkah untuk menjaga pertumbuhan bisnis di tengah perang harga yang terjadi di industri telekomunikasi dan e-commerce Indonesia.
Diketahui, perang harga di tengah pelemahan daya beli turut berdampak pada penurunan jumlah pelanggan operator seluler dan layanan e-commerce.
Sebagai contoh, salah satu perusahaan telekomunikasi Indonesia kehilangan 4 juta pelanggannya pada kuartal III/2025 dibandingkan dengan kuartal III/2024.
Di industri e-commerce, perusahaan dagang-el juga masih berjuang untuk menjaga daya beli penggunanya tanpa dukungan diskon, yang saat ini masih menjadi salah satu alasan pelanggan loyal terhadap satu brand e-commerce.
Co-Founder & CEO Braze Bill Magnuson mengatakan untuk menghadapi pelanggan yang sensitif harga, perusahaan perlu memilah dan mengindentifikasi pelanggan tersebut terlebih dahulu.
Tidak seluruh pelanggan perusahaan telko dan e-commerce sensitif dengan harga. Beberapa ada juga yang rela membayar mahal demi kualitas yang lebih baik. Pelanggan berkualitas tersebut perlu diberi pelayanan yang berbeda.
Sementara itu pelanggan yang sensitif dengan harga, perlu mendapat layanan diskon. Namun promo ini tidak perlu diberikan kepada seluruh pelanggan di tengah kondisi perekonomian yang menantang dan inflasi tinggi.
“Faktanya, salah satu tujuan optimasi profit paling penting yang kami lihat dari para pelanggan kami secara global adalah agar mereka makin sedikit mengandalkan diskon,” kata Bill, dikutip Sabtu (8/11/2025).
Dia menekankan sebagian konsumen memang membutuhkan diskon, tetapi ada juga konsumen lain yang lebih mementingkan kualitas produk atau ingin selalu mendapatkan barang terbaru, misalnya di brand fesyen. Bagi mereka itu yang lebih penting.
Dia menilai saat ini strategi pemasaran perusahaan, termasuk e-commerce dan telekomunikasi, masih pakai pendekatan batch and blast. Kasih kupon dan diskon ke semua orang dan berharap hasil terbaik. Masalahnya, banyak pelanggan yang justru sebenarnya loyal tanpa diskon, malah jadi terbiasa menunggu diskon.
“Dan akhirnya bisnis kehilangan banyak margin keuntungan. Jadi, itu bagian penting dalam strategi marketing yang sangat kami bantu untuk pelanggan kami,” kata Bill.
Co-Founder dan CEO Braze Bill Magnuson
Bill tidak menampik di persaingan bisnis aplikasi engagement terdapat juga pelanggan yang sensitif harga dan kualitas. Menghadapi hal itu Braze menyediakan solusi harga dan paket yang fleksibel, tergantung skala dan tujuan pelanggan.
Jika klien korporasi ingin membangun hubungan yang lebih erat dengan pelanggan penting dan bernilai tinggi (VIP), layak saja menggunakan kanal yang lebih mahal supaya mereka tetap terikat. Sementara pelanggan yang ‘kurang loyal’ atau lifetime value-nya rendah, tak perlu biaya mahal untuk mencari mereka lewat iklan TikTok atau WhatsApp, cukup gunakan channel lebih murah.
Braze menekankan selalu mengedepankan kualitas dalam memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan, sehingga pelanggan benar-benar mendapat manfaat yang terukur.
“Jadi kami bekerja sama dengan pelanggan agar mereka punya fleksibilitas memilih channel komunikasi yang sesuai dan ini bisa berbeda di setiap wilayah,” kata Bill.
Sekadar informasi. Braze melayani 2.422 pelanggan, dengan lebih dari 300 di antaranya mengirimkan pesan kepada pelanggan lebih dari 1 miliar pesan per tahun.
Platform ini telah memproses lebih dari 8,6 triliun API call yang menunjang berbagai aktivitas engagement skala besar sepanjang 2024, serta mengeksekusi 3,9 triliun pesan dan aksi Canvas di seluruh channel pada tahun yang sama.
Jumlah pengguna aktif bulanan Braze tercatat melampaui 7,4 miliar. Dari sisi investasi, perusahaan yang didirikan pada 2011 dan resmi melantai di Nasdaq (BRZE) sejak 2021 ini telah menggelontorkan dana lebih dari US$434 juta untuk riset dan pengembangan periode 2020-2024 (GAAP).
