Jakarta –
Pertumbuhan anak tidak selalu mulus. Ada kalanya meski berat badan anak terus naik setiap bulan, tetapi peningkatannya lebih lambat dibanding standar usianya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai weight faltering. Jika dibiarkan, anak berisiko mengalami kekurangan gizi yang berdampak pada tumbuh kembang jangka panjang.
Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan penyakit metabolik, menegaskan bahwa orang tua perlu lebih waspada bila grafik pertumbuhan anak tidak sesuai kurva pertumbuhan yang telah ditetapkan WHO.
“Kalau naiknya berat badan tidak sesuai dengan kurva, artinya anak mengalami masalah. Itulah yang disebut weight faltering,” jelas Prof Damayanti dalam wawancara dengan detikcom (17/9/2025).
Apa Itu Weight Faltering?
Weight faltering bukan berarti anak tidak naik berat badan sama sekali, melainkan kenaikannya jauh di bawah ekspektasi untuk usianya. Anak bisa tampak sehat secara kasat mata, tetapi bila kurva pertumbuhan bergeser ke bawah, hal ini menjadi tanda peringatan.
Menurut definisi National Institute for Health and Care Excellence (NICE, 2017), weight faltering atau faltering growth terjadi ketika berat badan anak berada di bawah centile tertentu pada grafik pertumbuhan, atau ketika laju pertambahan berat badan melambat dibanding standar usianya. Kondisi ini berbeda dengan failure to thrive yang biasanya lebih berat.
Penelitian di Archives of Disease in Childhood (Wright et al., 2020) menyebutkan bahwa weight faltering kerap muncul pada usia batita, terutama saat transisi dari ASI/MPASI ke makanan keluarga. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan fisik maupun kognitif.
Dampak Weight Faltering pada Tumbuh Kembang Anak
Weight faltering atau perlambatan kenaikan berat badan anak sering kali dianggap sepele karena anak tetap tampak sehat dan aktif. Namun, berbagai studi medis menunjukkan bahwa kondisi ini dapat membawa dampak serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebuah penelitian di Semarang berjudul Risk factor of growth faltering in infants aged 2-12 months menemukan bahwa bayi yang mengalami growth faltering berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang terhambat, tetapi juga perkembangan kognitif, perilaku, dan psikomotor.
Anak-anak dengan riwayat pertumbuhan terhambat lebih rentan mengalami gangguan respons imun, masalah belajar, hingga peningkatan risiko infeksi dan mortalitas di tahun-tahun awal kehidupannya.
Pada rentang usia toddler (12-36 bulan) ada bukti langsung hubungan antara kekhawatiran orang tua terhadap masalah makan (picky eating / feeding difficulty) dan status pertumbuhan buruk.
Studi di Asia Tenggara berjudul Parental concern of feeding difficulty predicts poor growth status in their child yang meneliti anak usia 12-36 bulan menemukan bahwa parental concern tentang feeding difficulty memprediksi status pertumbuhan yang lebih buruk (mis. WAZ
Cara Mengatasi Weight Faltering pada Anak
Studi menunjukkan bahwa anak dengan faltering growth sering mengalami defisit protein dan mikronutrien penting. Intervensi nutrisi yang menekankan protein hewani (telur, daging, ikan, susu) terbukti lebih efektif mendukung catch-up growth dibanding protein nabati.
Penelitian berjudul Daily consumption of Growing-Up Milk is Associated with Less Stunting among Indonesian Toddlers menemukan bahwa balita yang mengonsumsi “growing-up milk” ≥ 300 ml/hari berisiko lebih rendah mengalami stunting dibanding balita yang tidak. Konsumsi susu tumbuh-balita ini termasuk sumber protein hewani / produk olahan hewani.
Literatur menunjukkan bahwa weight faltering yang terdeteksi dini dan diintervensi dengan tepat memberi peluang besar untuk catch-up growth, termasuk pemulihan perkembangan kognitif. Karena itu, pemantauan berat badan dan tinggi anak pada kurva pertumbuhan WHO setiap 1-3 bulan adalah langkah penting yang harus diperhatikan oleh orang tua.
Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil. Morigro – inovasi terbaru Morinaga memahami kekhawatiran Ibu, memberikan solusi & menjadi partner setia mengubah kekhawatiran menjadi harapan, mengubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal.
Pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.
Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal bersama Morinaga Morigro #KarenaWaktuTakBisaKembali!
Halaman 2 dari 3
(kna/kna)
