Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) mencatat penurunan rasio jumlan penyewa menara (tenancy ratio) dari 1,64 kali pada 2024 menjadi 1,61 kali pada kuartal III/2025. Ini merupakan pencapaian terendah sejak 2018, yang saat itu menyentuh 1,62 kali.
Tenancy ratio atau rasio penyewa adalah metrik kunci dalam industri menara telekomunikasi yang mengukur jumlah total penyewaan (tenants atau site leases) dibagi dengan jumlah total menara yang dimiliki perusahaan.
Rasio penyewa TOWR mencapai puncaknya pada 2021. Setelah itu rasio penyewa mengalami pasang surut hingga akhir pada kuartal III/2025 mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir.
Mengutip laporan keuangan kuartal III/2025, perusahaan mengoperasikan 36.049 menara telekomunikasi dengan total 58.213 tenant. Dengan jumlah tersebut, rasio tenancy TOWR tercatat sebesar 1,61 kali. Dari total infrastruktur tersebut, 53% menara berlokasi di Pulau Jawa, sementara 47% lainnya tersebar di luar Jawa.
Perseroan mencatat operator seluler (MNOs) menunjukkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap layanan tambahan dari penyedia menara, termasuk managed service dan penyediaan aset tambahan seperti baterai untuk mendukung kelangsungan operasional.
Selain bisnis menara, Sarana Menara Nusantara juga memperluas jaringan Fiber to the Tower (FTTT) yang kini telah mencapai sekitar 221.400 kilometer serat optik yang menghasilkan pendapatan hingga akhir September 2025.
Tenancy Ratio TOWR
Model bisnis FTTT dioperasikan dengan skema kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan, serta memberikan peluang optimalisasi bagi solusi fiber lainnya di kalangan pelanggan korporasi.
Sementara itu, di segmen Fiber to the Home (FTTH), aset TOWR telah menjangkau sekitar 1.795.900 rumah (home passes) per September 2025. Dari total tersebut, sebanyak 235.890 rumah telah terhubung dengan tingkat penetrasi mencapai 13,1%.
Adapun untuk layanan connectivity, TOWR mencatat 25.163 aktivasi hingga akhir September 2025. Layanan ini mencakup penyediaan konektivitas berbasis VSAT, wireless, maupun wireline dengan berbagai model kerja sama Business to Business (B2B) dan Business to Government (B2G).
TOWR menerapkan strategi pertumbuhan yang berfokus pada tiga pilar utama, yakni Build, Buy, dan Return. Dalam strategi pembangunan (build), perusahaan berinvestasi pada pembangunan menara baru berbasis built-to-suit dan kolokasi guna memperluas jangkauan jaringan.
Selain itu, TOWR juga memperkuat jaringan serat optik, terutama melalui ekspansi bisnis konektivitas FTTH dan pengembangan FTTT. Upaya ini dilakukan untuk mendukung pertumbuhan pesat lalu lintas data di seluruh wilayah Indonesia serta meningkatkan nilai dan utilitas jaringan bagi operator telekomunikasi.
Strategi pembelian difokuskan pada akuisisi dan ekspansi strategis yang didukung oleh neraca keuangan yang likuid. Melalui pendekatan ini, TOWR terus memperluas portofolio infrastruktur dengan menambah 678 menara baru, membangun 5.748 kilometer jaringan fiber yang menghasilkan pendapatan, serta mencatat 9.402 aktivasi layanan konektivitas selama 12 bulan yang berakhir pada kuartal III/2025.
Di segmen FTTH, perusahaan juga menambah 77.270 sambungan rumah (home connect) dan memperluas cakupan hingga 296.553 home passes, mencerminkan pertumbuhan yang kuat di sektor layanan internet berbasis rumah tangga.
Sementara itu, melalui pilar Return, TOWR berkomitmen menjaga peringkat kredit investasi dengan prospek stabil sebagai bentuk pengelolaan keuangan yang sehat dan berkelanjutan. Komitmen tersebut turut diwujudkan melalui pembagian dividen senilai Rp805 miliar sepanjang 2025.
